Seperti biasa, saya kerap ketinggalan zaman. Baru sekarang saya tahu ada kacang batik dari Manado, Sulut. Ada juga yang menyebutnya kacang Kawangkoan, Minahasa, Sulut.
Ihwal asal muasal kacang batik, ada juga yang menyebutnya dari NTT (¬ iNews), dan tentu dari Kawangkoan seperti yang diyakini selama ini (¬ Indonesia Kaya).
Di lokapasar ada yang menyebutnya kacang lurik. Oh, kalau batik itu kain digambarkan. Kalau lurik, itu kain dengan motif yang terbentuk karena pola saat menenun. Ada-ada saja.
Kalau blirik? Itu istilah bahasa Jawa yang sudah diserap oleh KBBI. Artinya “motif bintik-bintik pada bulu ayam“. Blirik juga diterapkan untuk motif alat makan dan minum dari enamel. Kalau seseorang disebut blirik biasanya kurang suka, apalagi burik yang berarti bopeng atau “berbintik-bintik putih (pada bulu ayam); kurik”.
Lalu kenapa kacang ini disebut kacang batik? Saya menduga karena istilah batik lebih mudah dipahami dan dibayangkan. Bukankah dalam batik modern juga ada motif abstrak?
Lelucon orang yang belajar membatik dengan malam dan celupan naftol, tetapi tak telaten menggambar motif dengan nitik dan isèn-isèn, biasanya lebih senang bikin batik abstrak. Kalau visual cocok bisa untuk setelan kamuflase militer.
Tentu tidak bisa dibalik, batik abstrak adalah karya iseng orang yang belajar membatik. Pelukis batik kalau mendengar bisa naik tensi.
3 Comments
Kalau ini cangkir blirik😁
https://juniantosetyadi.wordpress.com/2022/06/19/mengantar-cangkir-blirik-ke-rumah-pak-wiranto-di-punggawan-solo/
Betul. Cocok untuk teh dan wedang uwuh sambil ngemil kacang blirik, pake kaus loreng army look.