Saya tahu fungsi tudung untuk tombol interaktif pada ATM: demi keamanan nasabah, mencegah pengintipan PIN. Tetapi entah kenapa saya sampai kini juga masih terganggu. Saya bukan orang jangkung, namun sering kali harus membungkuk, seperti menyorongkan pantat kepada pengantre di belakang saya, untuk memastikan saya tak salah pencet PIN.
Hmmm… masalahnya ada pada saya sih. Jari saya tak mampu mengingat lagi. Dulu pernah bisa, ketika lupa PIN maka pada kesempatan kedua saya membiarkan jari mengingat tanpa mata melihat. Tetapi setelah itu memori motorik jari luntur. Kebetulan saat jari masih dapat saya andalkan, papan tombol ATM belum bertudung.
Sebetulnya kalau saya peduli dan peka, tombol ATM itu seperti tombol fisik telepon: ada tonjolan pada angka 5, di tengah. Di atas 5 pasti 2, di bawah 5 pasti 8. Di bawah 8 pasti 0. Tata letak dan tonjolan telepon itu antara lain untuk mempermudah tunanetra.
Nyatanya, meskipun saya tahu bahwa numeric keypad ditata macam itu, saya kurang peka, tidak dapat memanfaatkan. Pengetahuan adalah satu hal, dan praktik adalah hal lain.
Untunglah, sekarang ada cara aman, menarik uang dari ATM tanpa menggunakan kartu melainkan ponsel. Tetapi saya baru mencoba sekali. Saya memang imigran digital dari kaum baby boomers.
¬ Gambar praolah numeric keypad dengan tonjolan pada angka 5: Pixabay
2 Comments
Menarik uang dari ATM menggunakan ponsel, saya belum pernah.
Tentang tudung tombol ATM, seperti Paman, saya juga terganggu, kudu membungkuk tatkala memencet angka PIN. Lha tanpa tudung saja penglihatan saya sudah bermasalah.
Desain keypad pada ATM secara ergonomis tidak dirancang untuk diberi tudung, tapi ya gimana lagi demi keamanan