Salah domisili, salah opsi, dalam perkara Elpiji, dan… pengisi hati

Elpiji adalah satu hal, dan perempuan lajang adalah lain hal. Tapi dalam gibah dan fitnah bisa berkelindan.

▒ Lama baca < 1 menit

Ternyata elpiji pink Bright Gas bisa langka di kawasan tertentu

Indri Seledri datang dengan wajah kusut. “Maaf Tante, ada gas pink lima setengah, nggak? Boleh minjem? Kan sini punya dua tabung?” tanyanya kepada Kamsi.

“Oom Kam muter enam toko, stok Bright Gas kosong semua. Barusan masuk rumah. Dia nggerundel, enam kali bayar parkir, padahal Alfamart dan Indomaret udah bayar retribusi. Hari ini prei masak,” jawab Kamsi.

Bright Gas di agen dan toko langka. Kalau mobil tak dipinjam kakaknya, Indri bisa ke Jaksel, tinggal masuk jalan tol, mencari gas ke langganan yang tadi di telepon bilang barangnya ada.

Tapi Indri punya keluhan lain: “Repot Tante, jadi lajang. Soal Elpiji aja tadi waktu beli sayur Mbak Sri dikomen ibu-ibu, makanya jangan pilah-pilih, Mbak. Kalo yang lumrah itu gas melon ya pake gas melon. Selalu ada.”

Kamso nyeletuk, “Mungkin mereka bener, napa kita nggak pake gas melon?”

“Kebiasaan, Oom. Mereka nyindir. Aku nggak married dibilang terlalu pemilih, sok berselera tinggi. Dulu pernah, aku anter rombongan Bu Ember nengok siapa itu ke rumah sakit, kena macet soalnya pom bensin Pertamax Turbo kan lima kilo dari sini, yang deket sini nggak punya. Mereka bilang, makanya beli mobil tuh yang doyan Pertalite.”

Kamso dan Kamsi tersenyum maklum.

“Waktu aku di Alfamidi nyari barang nggak ada, mau belanja jauh males, ada PPKM, sama ibu anggota geng Bu Ember di toko dikomen, makanya punya selera ama konsumsi jangan ketinggian, Mbak. Ingat, kita tinggal di Assoy Permai, Bekasi, bukan BSD atau Bintaro.”

“Kenapa merasa disindir, In?” tanya Kamsi.

“Sebenarnya banyak contoh. Setiap kali komen aneh selalu ada buntut coba kalo ada temen, Mbak. Pasti nggak repot. Sebenarnya tuh mereka cemburu, soalnya para suami mereka kayak gimana gitu sama aku. Padahal aku nggak pernah bergaul sama bapak-bapak itu.”

“Hmmmhhh…,” Kamso mendengus. Masa sih perempuan lajang adalah ancaman?

“Malah ada yang bilang aku tuh salah domisili, salah opsi dalam konsumsi, makanya repot sendiri.”

Tiba-tiba Kamsi tertawa, “Kalo kamu kayak ibu-ibu itu, entar dapet ya pasangan kayak suami mereka. Tampilan alim soleh padahal… hihihihi!”

Kamso terbatuk-batuk, “Husss! Berarti bapak-bapak itu suami melon? Lah ini aku pake jersey warna lime green!”

¬ Gambar praolah: Freepik

2 Comments

junianto Senin 16 Januari 2023 ~ 21.36 Reply

(((Soalnya para suami mereka kayak gimana gitu sama aku))) Aduh, bapack-bapack, jangan begitu, dong!

Tinggalkan Balasan