Siang tadi seorang ibu lansia segera berdandan. Grup ibu-ibu usia 30-40 akan segera menjemputnya dolan ke PIM.
Oh, PIM. Ada tiga mal di Pondok Indah, Jaksel, itu. Untuk PIM 3 saya baru menginjakkan kaki Natal lalu karena seseorang ingin mentraktir kami sekeluarga, padahal resto yang termaksud hanya ada di mal.
Saya sih maunya di resto yang bukan dalam mal. Di PIM 3 kami hanya bersantap. Dan saya sungguh udik, setibanya di sana, lantai atas, segera mencari jendela untuk melihat keluar, memastikan posisi bangunan. Padahal di Google Maps ada, kan?
Setelah menjadi pensiunan tak jelas, dan ada pandemi, saya tak pernah ke mal. Lama kelamaan meskipun dibayari pun saya kurang berminat. Beli ini dan itu bisa dari aplikasi ponsel. Setidaknya sampai kini. Entah nanti.
Kebetulan siang pagi tadi Kompas melaporkan bisnis mal yang mengarah ke pinggiran Jakarta. Saat membaca, saya membatin orang Indonesia dan sebagian Asia lebih suka mal. Di sana segalanya ada. Sejak brunch, arena permainan anak, sampai pertunjukan terakhir bioskop, tak perlu keluar dari gedung. Salon dengan aneka layanan khusus misalnya cat kuku dan menghilangkan bulu wanita pasti ada, begitu juga barber dan salon mobil. Kedai kopi pasti ada.
Secara sekilas dan acak kadang saya melihat video orang Indonesia yang bermukim di Eropa dan Amerika; kesan saya mereka jarang mereka mengunggah kisah ke mal.
Jika saya mengobrolkan soal itu dengan sekian orang di Indonesia, saya simpulkan ada dua jawaban utama.
Pertama: cuaca di Indonesia panas, wisata dalam kota yang sejuk ya di mal. Bagi keluarga yang AC-nya hanya di kamar tidur, alasan ini kuat. Hari libur, kalau di rumah terus tetapi bukan di kamar, akan kegerahan. Saya tak punya data namun berani berasumsi mayoritas keluarga yang memasang AC dengan listrik PLN itu tak sampai memasangnya di ruang selain kamar tidur.
Kedua: ke mal karena permintaan anak. Saya tahu beberapa cucu kerabat dan handai tolan hanya mau diajak pergi ke mal atau ke luar kota sekalian. Misalnya di dalam kota ya staycation di hotel.
Maksud saya, dalam kota itu mencakup area luas Ja(bo)detabek, the Greater Jakarta. Seorang bocah laki usia delapan tahun ketika mendengar keluhan omanya kepada saya dan istri, bahwa si cucu ogah diajak kondangan dan acara keluarga, menyeletuk dari atas sepedanya di depan pagar kami, “Kalo diajak ke mal aku mau.”
Mal adalah tempat rekreasi urban. Coba Anda ingat, apakah Anda pernah mengisi kuesioner yang salah satu satu pertanyaannya, dengan opsi jawaban untuk rekreasi lebih dari satu, adalah mal?
Sering pergi ke mal adalah salah satu indikator psikografis orang urban. Waktu anak-anak masih kecil, kami agak sering ke mal. Alasan saya selain untuk menyenangkan anak adalah supaya eksposur mereka lebih kaya. Memang sih ada minusnya: anak-anak saya agak kurang mengakrabi alam dan atmosfer rural. Di bidang sumber nilai minus itu biayanya lebih mahal.
Kalau saya ingin berganti suasana yang di luar mal ya pergi sendiri. Banyak opsi, tak perlu kompromi.
¬ Gambar praolah: PT Davy Sukamara & Partners
4 Comments
Sebelum pandemi, malam hari istri sering minta diantar ke mal, dua-tiga kali sepekan. Kadang kami makan berdua, seringnya sih berbelanja ke Hypermart atau Lotte Mart setelah itu “mampir-mampir”.
Pandemi, hingga sekian bulan lalu istri stop total ke mal, saya kadang-kadang masih ke Hypermart atau Lotte Mart sendirian. Lalu istri mulai berani lagi ke mal, tapi frekuensinya jauh di bawah zaman normal.
Mengapa senang ke mal? Kalau saya sih karena mengantar istri, atau pergi sendiri tapi cari barang untuk istri. Kalau istri saya, “Lha mau ke mana lagi setelah aku seharian capai ngurusi warung (makan),” katanya.
Oh iya biasanya kalau ke mal, sebelum.pulang, istri saya mampir ke kursi pijat bermesin dengan bayaran Rp 20 ribu untuk sekian menit itu.
Jawaban sip: “Lha mau ke mana lagi setelah aku seharian capai ngurusi warung (makan).”
👍💐🍅
BTW istri tidak pernah share foto/video di mal karena dia sangat tidak senang pamer di medsos. Saya sendiri pun jarang share momen ngemal di medsos, malah kadang share-nya di blog.😁
Tentang AC, di rumah ada di kamar tidur dan ruang tamu tapi jarang dinyalakan dalam waktu lama. Yang di kamar rutin dinyalakan pagi, sebentar saja, karena istri biasanya merasa sumuk setelah mandi lalu dandan secukupnya di kamar.
Lha yes 🙏💐👍