“Itu kenapa si Wanita Emas ngaku dilecehkan bahkan diperkosa ketua KPU?” tanya Kamsi kepada suaminya.
“Dia sih udah bikin klarifikasi. Katanya karena depresi. Karena udah dilaporin ke polisi, mestinya diproses aja, biar jelas itu bener apa nggak,” sahut Kamso.
“Tapi ada berita dia bikin klarifikasi karena ditekan ketua KPU?”
“Ah biarin aja. Justru biar berlanjut jadi urusan hukum.”
“Tapi kok ada yang percaya ya? Katanya ada tokoh partai juga percaya. Lantas urusan sama Erick Thohir dan Ganjar apa, Mas?”
“Yah, biar dia yang jelasin dengan suara emas: jernih dan jelas. Soal pasangan capres cawapres kan belum diumumkan sepihak, KPU belum buka pendaftaran.”
“Kok di grup WA ada yang bilang pilpres nanti cuma sandiwara, hasil udah dibungkus diam-diam. Katanya ketua KPU bilang semacam itu ke Wanita Emas.”
“Ya biar dibuktikan. Ini setidaknya menyangkut etika jabatan. Misalnya entar ada pasangan Ganjar-Erick, lalu menang, padahal ketua KPU nggak bilang gitu, berarti Wanita Emas itu hebat, weruh sakdurungé pinarak, tahu sebelum duduk di kursi pesakitan terdakwa korupsi.”
“Kenapa urusan sampe ke pilpres ya, Mas?”
“Hahahaha! Ingat Ratna Sarumpaet? Dia ngaku dianiaya, padahal persaingan capres lagi keras, dan dia pendukung Bowo. Lantas kelompok Ratna mengarahkan tuduhan ke kubu Jokowi. Ternyata muka dia nggak bener karena habis operasi wajah, pengin cantik pas seminar di luar negeri, tapi malu sama cucu. Lalu kenapa ada yang percaya, bahkan bilang dia seperti Cut Nyak Dhien, ya salah sendiri.”
“Mas, kalo dalam kasus Ratna, yang percaya itu juga bermasalah, lalu misalnya ocehan si Wanita Emas itu nggak bener berarti yang percaya juga bermasalah?”
“Ada emas, ada loyang.”
“Loyang?”
“Dalam bahasa Jawa, loyang bisa berarti wadah kuningan atau logam lain, bisa juga nasi aking. Dalam bahasa Indonesia berarti kuningan.”
“Mestinya loyang dalam bahasa Jawa juga berarti ember, Mas.”
¬ Gambar praolah: Kejaksaan Agung (kursi roda), Vecteezy.com (sampul vinyl)