Benar, saya tak mengintip. Intip itu dijemur di depan warung padang, di atas bahu jalan, semua orang bisa melihat. Maka sambil menunggu dilayani saya pun memotret intip. Saya membatin, ini cuma satu, tak bagus pula bentuknya. Pasti untuk dikonsumsi sendiri.
Intip adalah kerak nasi. Orang zaman lawas bisa makan intip nasi yang masih hangat basah diguyur sayur kluwih. Pada era rice cooker kebiasaan itu lenyap. Tetapi umumnya intip memang dikeringkan lalu digoreng.
Eh, baru ingat, saya pernah memakai rice cooker mini seperti yang dipakai anak indekos itu ternyata ada keraknya.
Intip goreng sebagai barang dagangan akhirnya dibuat secara khusus, tak bergantung pada proses menanak nasi.
Oh ya, ternyata saya pernah membuat posting intip pada 2018, saat blog ini masih saya kunci.
Di kedainya Lik Jun mungkin ada intip goreng. Misalnya ada, itu bukan intip dari dapurnya. Mari ke sana, duduk, hanya mengudap intip, dengan harapan beliau mengintip kita.
6 Comments
saya paling suka intip yang ada gulanya.. oiya, apa bedanya intip dan rengginang, ya?
Betul yang pake gula lebih enak.
Intip yang bukan kerak kadang rasanya memang mirip rengginang π
Waaaaa istri saya mboten sadean intip, je, Paman, baik intip rasa asin maupun manis.
Nyuwun pangapunten πππ
Nah kalau balung kethek, karak ndeso, dan emping, itu senantiasa ada tersedia.π
Sip!
Nanti saya mau ngiras balung kethΓ¨k π