Tadi pagi saya bermain dengan capung. Oh maaf, mestinya itu disebut mempermainkan capung. Suatu keisengan yang dilakukan generasi saya saat masih bocah. Saya tadi menangkap capung saat dia menghinggapi daun kuping gajah. Mudah sekali. Dia tak menghindar.
Kembali ke masa kecil. Menangkap capung lalu melepaskan lagi. | https://t.co/H23vPcHeuD pic.twitter.com/oJyJBA6taS
— Gambar Hidup (@gbrhdp) December 15, 2022
Sejenak saya kembali ke masa bocah tanpa niat menyiksa si capung. Yah, dulu kami kurang mainan. Dunia luar rumah menyediakan banyak pilihan.
Misalnya saya sekarang adalah bocah, dengan ponsel di tangan saya bisa mendapatkan banyak hal namun secara virtual. Dengan ponsel saya memotret capung, membuat poster, membuat video, dan melakukan penjelajahan visual. Sila lihat video di bawah. Untuk orang seangkatan saya hal ini ajaib dan membuat takjub. Mesin pencari menyodorkan informasi sampai model 3D capung yang bergerak dalam ruang nyata kita.
Yah, setelah saya tua baru ada smartphone dengan aneka konten dan mainan menyenangkan. 🙈 | https://t.co/CYfaeXJa4y pic.twitter.com/Nn6sPG0lT5
— Gambar Hidup (@gbrhdp) December 15, 2022
Saat masih SD saya pernah menyetorkan lebih dari seekor capung dan kupu-kupu untuk insektarium kelas. Menyenangkan.
Capung tak hanya mengingatkan saya pada masa kecil tetapi juga karya seni rupa Roger Dean. Dia seorang arsitek dan perupa yang membuat logo band Yes dan merancang beberapa sampul albumnya.
Sayang harga karya Dean mahal. Buku khusus tentang karyanya juga mahal.
Kembali ke capung, sebenarnya ada banyak warna. Yang paling saya sukai adalah yang merah. Selain capung seukuran dengan beberapa warna ada pula capung jarum atau kinjeng dom dalam bahasa Jawa. Bentuknya kecil.
Seorang pendeta pernah berkisah, suatu hari ketika dia bocah, di Jateng, bersama teman-temannya mengejar capung jarum. Namun di udara, ada juga jarum bersayap kertas terbang rendah, menuju ke sebuah rumah. Sesampainya di emper, jarum itu meledak di depan pintu, kertasnya hancur bertebaran.
“Rupanya itu yang disebut ilmu hitam, kuasa gelap,” Pak Pendeta mengenang.