Humor dalam berbisnis itu baik asalkan bukan latah. Memang sih tak ada hubungannya dengan pendapatan.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Waroeng Sambal Bakar Jalan Raya Kodau, Jatimekar, Jatiasih, Bekasi

Pemilik kedai baru ini bukan orang iseng. Saya belum tahu rasa masakannya, tetapi saat dia mulai berbisnis pasti dengan serius, butuh modal. Bukan iseng. Saya bisa memastikan padahal belum tahu orangnya apalagi kenal.

Lalu tulisan main-main, dari papan nama terbalik sampai info makan gratis itu? Bisa iseng bisa serius. Pada tahap ide pasti iseng. Tetapi pada tahap berikutnya, yakni implementasi, itu serius. Ukuran huruf dan bidang dihitung. Begitu pun ketinggian pasang. Belum lagi pajak reklame.

Waroeng Sambal Bakar Jalan Raya Kodau, Jatimekar, Jatiasih, Bekasi

Begitulah iseng dan cengengesan adalah satu hal, lalu pelaksanaan serius terukur adalah hal berikutnya, apalagi menyangkut biaya.

Waroeng Sambal Bakar Jalan Raya Kodau, Jatimekar, Jatiasih, Bekasi

Lalu? Yang menjadi persoalan adalah tanggapan orang. Tetapi orang cuek pun boleh bukan masalah. Yang penting si pembuat puas — sampai akhirnya bosan sendiri. Itulah sisi nikmat kreativitas.

Kursi tunggu untuk kurir dan sopir di Rumah Langsat, Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jaksel

Belasan tahun lalu, karena masih punya energi dan banyak gagasan, saya menghias kantor saya dengan humor.

Tentu kantor saya bukan kantor iseng. Memang banyak orang datang ke sana, kadang cuma mampir dan ngobrol, namun karena kantor sangat kecil, bersuasana rumah tinggal, tamu bisa tersesat. Mereka kira kami sedang meriung, karena ada yang duduk di tangga, ada yang berdiri bersandar tembok, ada yang bercelana pendek, padahal kami sedang rapat. Lalu mereka nimbrung.

Pintu masuk Rumah Langsat, Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jaksel

Sesungguhnya kantor dengan poster besar terbingkai tebal, bergambar orang mengambil bata dari saku jin, itu bukan kantor cengengesan. Beragam orang pernah ke sana. Dari Dubes Amerika Serikat, profesor cawapres yang kemudian terpilih, seniman dan budayawan misalnya Seno Gumira Ajidarma dan Goenawan Mohamad, hingga politikus, aktivis, dan musisi. Jokowi dan Ridwan Kamil juga pernah.

Mereka datang karena kesan cengengesan santai pada sosok kantor? Sama sekali tidak.

6 thoughts on “Papan nama terbalik dan keisengan serius dalam berbisnis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *