Pemilik kedai baru ini bukan orang iseng. Saya belum tahu rasa masakannya, tetapi saat dia mulai berbisnis pasti dengan serius, butuh modal. Bukan iseng. Saya bisa memastikan padahal belum tahu orangnya apalagi kenal.
Lalu tulisan main-main, dari papan nama terbalik sampai info makan gratis itu? Bisa iseng bisa serius. Pada tahap ide pasti iseng. Tetapi pada tahap berikutnya, yakni implementasi, itu serius. Ukuran huruf dan bidang dihitung. Begitu pun ketinggian pasang. Belum lagi pajak reklame.
Begitulah iseng dan cengengesan adalah satu hal, lalu pelaksanaan serius terukur adalah hal berikutnya, apalagi menyangkut biaya.
Lalu? Yang menjadi persoalan adalah tanggapan orang. Tetapi orang cuek pun boleh bukan masalah. Yang penting si pembuat puas — sampai akhirnya bosan sendiri. Itulah sisi nikmat kreativitas.
Belasan tahun lalu, karena masih punya energi dan banyak gagasan, saya menghias kantor saya dengan humor.
Tentu kantor saya bukan kantor iseng. Memang banyak orang datang ke sana, kadang cuma mampir dan ngobrol, namun karena kantor sangat kecil, bersuasana rumah tinggal, tamu bisa tersesat. Mereka kira kami sedang meriung, karena ada yang duduk di tangga, ada yang berdiri bersandar tembok, ada yang bercelana pendek, padahal kami sedang rapat. Lalu mereka nimbrung.
Sesungguhnya kantor dengan poster besar terbingkai tebal, bergambar orang mengambil bata dari saku jin, itu bukan kantor cengengesan. Beragam orang pernah ke sana. Dari Dubes Amerika Serikat, profesor cawapres yang kemudian terpilih, seniman dan budayawan misalnya Seno Gumira Ajidarma dan Goenawan Mohamad, hingga politikus, aktivis, dan musisi. Jokowi dan Ridwan Kamil juga pernah.
Mereka datang karena kesan cengengesan santai pada sosok kantor? Sama sekali tidak.
6 Comments
Ada yang bercelana pendek ==> itu Paman?
🙈
Ikut nimbrung padahal lagi rapat hahahaha
Yah risiko kantor bersuasana rumah 🤣
Kalo penting banget ya pesen ruang kedai di Mahakam dan sekitarnya
Kadang hal-hal iseng bisa membuat orang makin pada berdatangan pak :D
🙏😇 Bisa jadi