Sebelum memotong bambu, lihat dulu ada bunganya atau tidak. Kembang pring layak jual, untuk berinvestasi dan menolak santet.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Bisnis bunga bambu, untuk obat dan jimat

Senja kemarin, sudah menggelap setelah hujan usai, begitu sepeda belok ke kanan, saya pun terhalang. Jalan kecil itu tertutup potongan rumpun bumbu untuk tanaman pagar yang dibabat dari tebing kiri. Tak apa. Mungkin sudah terlalu larut untuk memberesi, magrib sudah terlewati.

Penebangan dan kemudian penutupan jalan itu adalah kewenangan warga di blok di sana. Blok itu memang bukan jalan umum. Posisinya seperti kantong di dalam kompleks. Jarang orang luar melintasi jalan yang kemudian sempat tertutup bambu itu kecuali penjual makanan dan kurir — pun pesepeda iseng.

Apa alasan penebangan bambu saya tidak tahu. Yang saya tahu, kalau bambu rumpun dipotong bisa tumbuh lagi. Maka Bobo menulis, “Meski seekor panda menghabiskan banyak bambu setiap harinya, bambu terus tersedia dan tidak habis, teman-teman.”

Tentang waktu memotong dahan pohon, nasihat bijak mengatakan pilihlah saat musim hujan. Tetapi untuk bambu, mungkin pemotongan batang tak kenal musim.

Bisnis bunga bambu, untuk obat dan jimat

Ada hal yang baru saya ketahui tentang bambu. Ternyata kembang pring atau bunga bambu itu dijual di lapak daring. Ketika pekan lalu saya memotret bunga bambu di Bandung Barat, saya belum tahu kalau itu layak jual. Dipercaya sebagai azimat dalam bermain saham (¬ lihat Shopee) dan penangkal santet (¬ Bondowoso Network).

Bisnis bunga bambu, untuk obat dan jimat

Jantung pisang di atas jalan

Menanam pohon delima tanpa pernah merasai buahnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *