Pengabaian keamanan dan keselamatan pasca-Tragedi Panjuruhan, akankah terulang?

Tak berkhidmat terhadap ratusan korban jiwa jika penyepelean keselamatan dianggap soal klasik Indonesia. Menyebut klasik sama saja minta dimaklumi dan boleh mengulangi.

▒ Lama baca < 1 menit

Evaluasi Tragedi Kanjuruhan Malang

Mungkin dalam hal tertentu saya termasuk orang suka berkubang dalam lumpur saling menyalahkan dan hanya menengok ke belakang, sulit untuk move on. Jika menyangkut Tragedi Kanjuruhan, di Malang, 1 Oktober lalu, tudingan itu saya terima.

Liputan investigatif koran Kompas yang dipublikasikan hari ini (26/11/2022) bagi saya bukan laporan telat. Banyak sudut dikuak. Data dan verifikasi info menjadi pendukung. Semuanya terhimpun dalam satu simpul: pengabaian keamanan dan keselamatan, antara lain demi uang. Sejumlah 135 orang tewas dan 583 cedera — saya tak tahu berapa yang mengalami luka kejiwaan.

Evaluasi Tragedi Kanjuruhan Malang

Di luar urusan sepak bola, pertandingan olahraga, kondisi stadion, dan tontonan, apakah Indonesia bisa keluar dari kemelut tiadanya standar keamanan dan keselamatan di semua bidang, dari sekolah, pasar, tempat hiburan, hingga rumah ibadah?

Taruh kata ada standar di atas kertas, tetapi tanpa kepatuhan sama saja membiarkan pedoman baku menjadi layangan yang menyusup terselip mega lalu setelah benangnya terputus maka layangan ditelan gumpalan mendung. Pedoman ditinggikan untuk diabaikan.

Infografik Stadion Kanjuruhan Malang

Dalam rapat di Gedung DPR (21/11/2022), Wakil Ketua Komisi V Roberth Rouw dari Nasdem mentertawakan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati yang langsung berlindung ke bawah meja karena getar gempa Cianjur bermagnitudo 5,6 juga menggapai Ibu Kota.

Tragedi Kanjuruhan

Tinggalkan Balasan