Mungkin dalam hal tertentu saya termasuk orang suka berkubang dalam lumpur saling menyalahkan dan hanya menengok ke belakang, sulit untuk move on. Jika menyangkut Tragedi Kanjuruhan, di Malang, 1 Oktober lalu, tudingan itu saya terima.
Liputan investigatif koran Kompas yang dipublikasikan hari ini (26/11/2022) bagi saya bukan laporan telat. Banyak sudut dikuak. Data dan verifikasi info menjadi pendukung. Semuanya terhimpun dalam satu simpul: pengabaian keamanan dan keselamatan, antara lain demi uang. Sejumlah 135 orang tewas dan 583 cedera — saya tak tahu berapa yang mengalami luka kejiwaan.
Di luar urusan sepak bola, pertandingan olahraga, kondisi stadion, dan tontonan, apakah Indonesia bisa keluar dari kemelut tiadanya standar keamanan dan keselamatan di semua bidang, dari sekolah, pasar, tempat hiburan, hingga rumah ibadah?
Taruh kata ada standar di atas kertas, tetapi tanpa kepatuhan sama saja membiarkan pedoman baku menjadi layangan yang menyusup terselip mega lalu setelah benangnya terputus maka layangan ditelan gumpalan mendung. Pedoman ditinggikan untuk diabaikan.
Dalam rapat di Gedung DPR (21/11/2022), Wakil Ketua Komisi V Roberth Rouw dari Nasdem mentertawakan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati yang langsung berlindung ke bawah meja karena getar gempa Cianjur bermagnitudo 5,6 juga menggapai Ibu Kota.
Bapak ini mantan Anggota EXCO PSSi kan?
Ga ngerti SOP jika terjadi gempa atau emang ga pernah diajarkan sih? pic.twitter.com/RXF1hy9Gtd
— Komisi Wasit (@MafiaWasit) November 21, 2022