↻ Lama baca < 1 menit ↬

Perkelahian dalam Munas HIPMI di Solo

Masyarakat sudah tahu perkelahian dalam Munas HIPMI di Solo, Jateng, itu. Selanjutnya biar jadi urusan polisi. Masyarakat dan anggota HIPMI sama-sama paham bahwa “mu” dalam “munas” adalah musyawarah. Jangan membayangkan cara Pak Asmuni mengucapkan.

Mengapa harus berbaku hantam padahal tak ada dalam agenda? Pihak yang merasa sebagai terserang akan bilang, masa sih ditonjok dan ditendang tetap diam. Jadi merepotkan jika kedua pihak merasa sebagai korban yang membela diri.

Bagi pengusaha katering, termasuk F & B hotel, setiap perkelahian di tengah acara itu membahayakan meja makan, terutama peralatan makan. Tetapi mungkin dalam klausul pemesanan boga sudah diatur soal ganti rugi.

Entah sudah berapa kali ada acara rapat besar organisasi diwarnai perkelahian, termasuk lempar kursi. Memar wajah karena muktamar jelas tidak keren.

Sejauh saya ingat, jadi tolong Anda koreksi, belum pernah ada berita perkelahian dalam acara besar ormas yang anggotanya, oleh orang luar, dianggap akrab dengan kekerasan. Organisasi preman, begitulah kata orang, sehingga menjadi citra — suatu hal yang tentu akan disanggah pengurusnya, karena AD/ART tak memuat kata itu.

Perkelahian dalam Munas HIPMI di Solo