Sapu lidi tersandar memanggil ingatan bunyi srèk srèk dan rutinitas pagi. Itu salah satu ciri khas wong lawas.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Sapu lidi di kedai Kunasi Pramuhendra Bandung

Ya, benar lagi betul: saya memang wong lawas yang setelah dewasa mengalami pergantian abad yang diawali isu millennium bug. Maka terhadap sapu lidi saya punya endapan memori di benak. Residu itu masih melekat dalam alam bawah sadar saya. Saat mendapati sapu lidi di sebuah kedai milik seorang perupa di Bandung, Jabar, saya seperti mendengar srèk srèkkk.

Suara sapu lidi bekerja hingga kini masih mengingatkan saya tentang waktu. Tak persis bin akurat sampai sepersekian detik, tetapi saya ingat itu pagi, awal hari sebelum pukul tujuh.

Dahulu di Jalan Langsat, Kebayoran Baru, Jaksel, setiap pagi saya mendengar suara srèk srèkkk sapu lidi dari tetangga seberang kantor. Saya mendengar karena saya menginap di kantor atau datang pagi sekali sebelum penunggu kantor bangun.

Di Yogya dahulu, saat masih mahasiswa, suara sapu lidi saya dengar halaman rumah Mbah Kakung di seberang rumah saya.

Kini di rumah Bekasi juga, karena pagi hari tetangga yang menjadi relawan penyapu jalan sedang bekerja untuk gerak badan.

Residu memori sapu lidi itu tak kunjung aus. Saya dan banyak orang sebaya menyerap suara sapu lidi sebagai rutinitas pagi.

Menyapu halaman bertanah terbuka tanpa rumput, berpasir maupun tidak, akan bersih sekali jika penyapu bergerak mundur seperti petani menancapkan benih padi. Cerita fiksi panjang yang beberapa kali menyebutkan cara menyapu mundur adalah Api di Bukit Menoreh karya S.H. Mintardja.

Suh atawa simpai sapu lidi bukan bikinan taliban

Sapu lidi untuk kasur

Relawan menyapu jalan demi kesehatan

3 thoughts on “Sapu lidi dan pengingat waktu

  1. Selepas pukul satu dini hari selalu terdengar suara orang menyapu pakai sapu lidi dari arah selatan-depan rumah saya. Sang penyapu adalah tetangga yang berjualan wedangan alias angkringan, menyapu tanda dia kukut pada dini hari.

    BTW saya kadang memakai sapu lidi (mengambil satu lidinya) untuk alat pengukur pengganti mistar saat “darurat”.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *