Pohon di kober dan taman yang buahnya didoyani burung dan manusia itu perlu. Untuk edukasi.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Areal makam itu sudah sesak. Pengusung peti jenazah harus melipir di celah sempit di antara kijing yang ditata seperti tanpa grid. Namun ada satu hal yang mengesankan saya: di dekat liang lahad baru ada pohon jeruk.

Saya tak tahu itu jeruk apa. Berminat mencicipi juga tidak. Saya membayangkan, misalnya rasa jeruk itu tak enak pasti satwa pemakan buah doyan.

Tentang tanaman buah di area pemakaman saya teringat tiga hal. Pertama: di kuburan zaman dahulu kadang adalah pohon buni (Antidesma bunius) dan duwet atau jamblang (Syzygium cumini). Kalau pohon kemboja itu pasti.

Kedua: meskipun demikian saya pernah mendapati area pemakaman baru, bukan untuk umum, karena milik sebuah lembaga pendidikan, dengan makam yang tertata, diteduhi pohon rambutan. Dalam kunjungan kedua untuk berziarah, buah rambutan sedang dipanen penjaga.

Ketiga: tak harus berhubungan dengan makam tetapi abad lalu saya pernah ada surat pembaca di Kompas berisik usulan penghijauan kota dengan pohon yang buahnya disukai burung. Menarik juga. Tetapi bukannya setiap pohon yang buahnya tidak beracun pasti punya pemangsa?

Bagi saya lebih menarik jika buah tanaman penghijauan juga disukai manusia. Terutama anak-anak. Supaya mereka mengenal aneka pohon, termasuk talok kersen, tidak seperti saya. Tetapi anak kota sekarang mungkin tidak nggragas.

Natalan dengan Pohon Rambutan di Kuburan

Menggapai talok

Anak dan Keponakan Anda Tahu Rasa Kersen?

Bercengkerama di bawah pohon kersen

2 thoughts on “Pohon jeruk di kuburan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *