Semoga untuk mendapatkan riwayat tempat tinggal kita secara mudah tidak perlu menanya perusahaan asing.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Pada 2015 saya pernah mengeblogkan Gang Djaim. Tadi saat memasukkan hang itu saya teringat lagi soal lama yang belum berkehendak jawaban: asal muasal nama gang. Untuk sementara saya berpengandaian nama Djaim adalah nama orang pemilik lahan yang sebagian dari wilayah itu menjadi gang.

Tujuh tahun lalu saya membayangkan kelurahan punya riwayat nama setiap gang di wilayahnya. Kini saya membayangkan Pemkot Bekasi, Jabar, yang punya data toponimis lorong dan jalan di wilayahnya.

Pertumbuhan kota teramat cepat, bahkan kadang secara organik, apa yang hari ini masih kosong berupa gang diapit kebun akhirnya diapit bangunan, dan lima belas tahun lagi rumah serta gang sudah tersapu dari peta mutakhir karena sudah menjadi superblok bahkan waduk dengan taman kota. Warga bisa kehilangan sejarah.

Nggak ada sejarah biarin, kata sebagian orang. Emang penting, kata yang lain. Pada 1980-an, sebelum ada Google Maps, tetapi peta citra satelit sudah ada, hanya saja bukan untuk publik, jika mahasiswa ingin membuatkan peta desa harus merujuk peta dari US Army setelah PD II.

Jadi nanti kalau kita mau dapat peta tentang kampung yang lenyap, sila minta arsip peta digital ke BPN dan BIG, tetapi kalau tak diberi sila minta ke Google, rezim partikelir penghimpun aneka data global, hanya untuk tahu riwayat tempat bermukim kita dan semoga diberi. Tolong Anda koreksi jika imajinasi saya ngawur.

Siapa yang Akan Meriwayatkan Djaim?

Jalan Haji Abdul Rohim luntur namanya

2 thoughts on “Kembali ke Gang Djaim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *