Tebakan saya benar. Kata Nyonya Rumah tanaman itu memang pohon delima (Punica granatum). Kesan saya tanaman yang berkelindan dengan tanaman lain itu kurang terawat, malah saya menduga delimanya tak pernah berbuah.
“Oh, berbuah. Bisa banyak. Sekarang baru berbunga,” kata perempuan itu.
Ihwal rasa dia tidak tak tahu, “Soalnya setiap kali buahnya matang saya petik buat tetangga. Dia suka banget. Apalagi ibu itu menderita kanker darah.”
Perempuan pemilik pohon delima, ibu dari dua anak lelaki, itu sangat telaten merawat orang sakit. Apalagi merawat suaminya yang sudah menahun hidup dengan diabetes, lalu disusul operasi cairan darah di otak, lalu entah apa pula penyakit yang lain, sehingga sang suami harus selalu cuci darah. Suster rumah sakit menganjurkan keluarga diabetesi yang menjalani hemodilisis, “Coba tanya ibu itu.”
Satu per satu para pasien yang senasib dengan suami ibu itu meninggalkan derita untuk selamanya. Ada yang lebih muda.
Misalnya para pasien yang sering berjumpa saat cucian darah itu disebut kelompok, maka suami ibu pemilik pohon delima itu adalah yang anggota terakhir dipanggil oleh Sang Khalik, Ahad lalu.
Perbincangan tentang delima, siang menjelang sore itu, sepulang kami dari upacara pemakaman.
2 Comments
Ndherek belasungkawa, Paman….
Suwun, Lik Jun 🙏💐