Ketika ikan cupang belum naik daun lagi pada awal Covid-19, seseorang yang butuh ikan itu untuk membasmi jentik menanya saya di mana belinya. Saya jawab ada tiga opsi: kios ikan hias seperti di Petamburan, Jakbar, atau di lapak daring, atau… dekat sekolah. Maksud saya SD, bukan sekolah bisnis berjenjang S1 sampai S3.
Untuk cupang, tak semua kios ikan hias punya, apalagi jika jualannya ikan bagus mahal. Selain dekat SD, penjual cupang dan ikan hias lain yang murah biasanya ada di pasar kalau pagi. Penjualnya mangkal di sana lalu siang berkeliling.
Peminat ikan hias yang dijajakan keliling dan di pinggir jalan biasanya anak-anak, atau orang tua yang membelikan ikan untuk anaknya. Kadang akuariumnya menyusul. Begitu pun perlengkapannya, semacam filter dan aerator — kalau cupang sih cukup ditaruh stoples astor. Atau bisa juga di rumah sudah ada kolam. Tak ada kolam? Zaman dulu ketika nak mandi berukuran besar, ikan pun dimasukkan ke sana, asalkan air bak tak mengandung kaporit.
Lantas berapa harga setiap jenis ikan yang dijajakan di Pasar Kecapi, Jatiwarna, Pondokmelati, Bekasi, yang juga dekat dengan SD ini? Tak ada yang bisa saya tanya. Penjualnya entah ke mana. Kata orang toko kantong plastik, “Nggak tau juga, Pak. Lagi makan kali.”
2 Comments
Zaman saya anak-anak, ada satu penjual ikan hias di lingkungan saya. Pakai kolam-kolam di halaman rumahnya, seingat saya ada kayu apu di masing-masing kolam. Saya sering ke sana untuk melihat-lihat demi kesenangan. Kini tempat itu sudah tak dipakai jualan ikan lagi.
Sekarang ada satu di lingkungan saya, jualannya pakai akuarium-akuarium kecil. Saya belum pernah ke sana tapi tahu karena sering melewatinya dengan naik motor. Yang biasa ke sana karyawan resto istri saya seperti saya kisahkan di sini https://wp.me/p5AtE-1vb
Akuarium kecil juga repot karena peralatannya jadi tak proporsional, terasa besar.
Saya suku kita piara guppy dan ikan kecil lain di aiurium mini