Akhirnya siang ini terbaca jelas grafiti di tikungan itu: “remaja patah hati”. Selama ini hanya ada “remaja patah” karena teks bagian bawah terhalang kotak penjual ketupat sayur.
Ada satu hal di luar pengotoran tembok orang: apakah “patah hati” itu ungkapan asli Indonesia, bukan terjemahan dari “broken heart” (Inggris) dan “gebroken hart” (Belanda)?
Siapa tahu ungkapan itu berasal dari era kolonial sampai kultur pop pada akhir 1950-an. Namun bisa juga memang asli Indonesia, tinggal mencari arsip novel, cerpen, dan artikel koran maupun majalah era lawas supaya ketahuan kapan “patah hati” muncul pertama kali.
Bahwa hati itu hepar dan jantung itu kardia, ah itu lain perkara. Serangan jantung menakutkan. Serangan hati boleh jadi membahagiakan. Tetapi sakit hati yang teramat dalam tidak bagus untuk orang sakit jantung.
Kalau jantung hati? Tak ada hubungannya dengan komplikasi kardiomiopati dilatasi (lemah jantung) dan hepatitis.
2 Comments
Dalam Bahasa Jawa kayaknya lara ati, bukan ceklek ati, ya Paman?
Mungkin juga tapi lara ati dan kelar-lara berlaku untuk sakit hati secara umum