Sepele sih namun baru saya mulai. Kulit kacang saya tampung ke dalam mangkuk plastik bekas, yang sekali pakai itu. Biasanya saya menampungnya pada tutup stoples yang saya telentangkan.
Memanfaatkan tutup stoples itu praktis. Tak perlu mencari wadah. Atau kalau malas, ambil saja kertas untuk kita jadikan wadah sambil belajar origami.
Untuk tutup stoples, kepraktisannya adalah setelah tutup itu penuh kita tinggal menuangkan isinya ke kotak sampah. Tetapi kalau malas mengelap, serbuk kulit kacang dan rontokan kulit ari kacang akan tertinggal. Ketika tutup dipasang lagi, bisa saja kotoran itu gugur ke bawah. Misalnya saat kita putar karena tutupnya berulir.
Tutup stoples itu hanya sedikit lebih baik daripada pisin karena bibirnya berdinding rendah. Kalau kena angin, misalnya karena makan di teras, serbuk kulit dan kulit ari kacang akan terbang, mengotori meja dan lantai.
Maka solusi praktis dan baik bagi saya adalah memanfaatkan stok mangkuk plastik bekas. Setelah penuh, saya tinggal membuang isinya. Si mangkuk segera saya cuci.
Lalu kenapa baru sekarang saya memanfaatkan mangkuk kecil? Supaya dari melihat kulit kacangnya sudah penuh saya bisa mengerem diri. Kalau mamanfaatkan kantong plastik yang mengantong dalam kotak sampah kering, sepanjang kacang stoples masih ada saya akan ngemil terus.
Kenapa baru sekarang saya lakukan? Karena saat ini sayalah yang menjadi petugas kebersihan di rumah. Ternyata hasilnya pun tak sebersih profesional. Jauh banget bedanya.
5 Comments
Lupa diri terhadap A-U tenan?
Inspiratif. Akan saya praktikkan saat nanti makan kacang kulit Garuda atau lainnya. (Catatan : bukan komentar berbayar/iklan/titipan).
Mari.
Kalau wadahnya kulit terlalu besar pahala kacang masih ara, kita bisa lupa diri 😁
Kayak pake asbak, pilih yang kecil saja, lima batang sudah keliatan penuh 🙈
Lupa diri terhadap A-U tenan?
Bisa keduanya 😁