Akhirnya orang terbiasa melihat orang lain memotreti apapun

Setelah ada smartphone, fotografi adalah kebisaan dan kebiasaan semua orang. Aneka platform mensyaratkan foto.

▒ Lama baca < 1 menit

Bunga kemboja gugur ke atas jalan

Ponsel berkamera, yang disebut ponsel cerdas atau smartphone itu, telah mengubah kehidupan kita: fotografi bukan lagi sebuah kemewahan.

Ketika kamera digital saku, atau point-and-shoot, muncul pun masih terasa mewah. Tak semua orang punya. Belasan tahun silam, ketika penetrasi media sosial belum luas, masih bergantung pada komputer, termasuk PC di sekolah dan warnet, kebutuhan untuk mengunggah foto juga belum merata.

Kini? Ponsel berkamera itu biasa. Banyak orang punya. Kita terbiasa melihat orang memotreti apa saja di luar swafoto, misalnya seperti yang dilakukan kurir paket dan pencatat meteran PLN.

Ingatan tentang kegiatan berkamera pada masa lalu itu muncul ketika saya berjongkok di jalan, sisi tepi, untuk memotret bunga kemboja yang gugur. Semua orang cuek, paling pol hanya menengok sekilas.

Jika saya memotret fasad sebuah rumah, dan tepergok, pemilik rumah dan tetangga tidak akan mengabaikan. Pasti mereka akan menanya saya. Atau mereka hanya mengamati namun rekaman adegan saya di CCTV pribadi maupun RT akan mereka simpan.

Bunga kemboja gugur ke atas jalan

Pagi jongkok

Yang dirawat dan yang dibiarkan

Paling banyak itu bugenvil dan kemboja

Bekasi sejuk, kalau bisa tetap sejuk tanpa hujan

Hijau segar daun ubi di tanggul kali

Helikonia, Sindhunata, dan Seno Gumira

Tinggalkan Balasan