Ponsel berkamera, yang disebut ponsel cerdas atau smartphone itu, telah mengubah kehidupan kita: fotografi bukan lagi sebuah kemewahan.
Ketika kamera digital saku, atau point-and-shoot, muncul pun masih terasa mewah. Tak semua orang punya. Belasan tahun silam, ketika penetrasi media sosial belum luas, masih bergantung pada komputer, termasuk PC di sekolah dan warnet, kebutuhan untuk mengunggah foto juga belum merata.
Kini? Ponsel berkamera itu biasa. Banyak orang punya. Kita terbiasa melihat orang memotreti apa saja di luar swafoto, misalnya seperti yang dilakukan kurir paket dan pencatat meteran PLN.
Ingatan tentang kegiatan berkamera pada masa lalu itu muncul ketika saya berjongkok di jalan, sisi tepi, untuk memotret bunga kemboja yang gugur. Semua orang cuek, paling pol hanya menengok sekilas.
Jika saya memotret fasad sebuah rumah, dan tepergok, pemilik rumah dan tetangga tidak akan mengabaikan. Pasti mereka akan menanya saya. Atau mereka hanya mengamati namun rekaman adegan saya di CCTV pribadi maupun RT akan mereka simpan.