Akhirnya pakai tulisan di bak sampah

Berurusan dengan pemulung itu sulit. Ajak bicara? Jumlah mereka banyak, datangnya beda waktu.

▒ Lama baca < 1 menit

Repotnya mengatur pemulung di rumah kita

Saya bukan penyuka aneka tulisan amar dan larangan yang berlebihan. Kalau di jalan raya dan tempat umum sih saya setuju — tentu saya tahu aneka rambu sering diabaikan.

Tetapi akhirnya saya memasang tulisan untuk seminggu, sampai besok kertas kalender itu robek terkena air, untuk pemulung. Hal itu bermula dari niat baik, tapi malah membuat pemulung semaunya.

Supaya mereka mudah memungut isi kantong sampah hitam, mulai tiga pekan lalu plastik hitam besar tidak saya ikat simpul. Merogoh isi lebih murah.

Hasilnya? Isi kantong berceceran, mereka tinggal mengeluarkan apapun yang tak mereka perlukan saat menyortir isi kantong. Ceceran isi itu merepotkan petugas truk sampah yang datang dua kali seminggu.

Mulanya saya menganggap satu dua pemulung itu bodoh. Tetapi kemudian saya berpikir mungkin saja alam pikir mereka berbeda dari saya dan menganggap cara menguras isi kantong sampah itu benar.

Cara berpikir saya dan mereka berbeda karena kepentingan masing-masing juga berbeda. Kepentingan pemulung adalah mendapatkan barang yang layak jual, soal isi kantong sampah berceceran itu bukan urusan mereka.

Maka ketika saya memisahkan botol dan wadah mereka senang. Tinggal ambil, setelah itu baru membuka bak sampah. Satu dua pemulung mau dan bisa. Pemulung lain yang datang belakangan suka antem kromo karena isi bak sudah diambil orang lain. Mengaduk kantong sampah besar mereka lakukan untuk mengais barang.

Saya pernah menegur salah satu pemulung antem kromo itu, tetapi dia tak menyahut, cuma memandang saya dengan tajam dan lekat. Bahasa tubuhnya siap berkelahi. Ganco dia pegang erat, bukan menggantung lemah ke bawah. Saya merasa terintimidasi. Dia tahu rumah saya tetapi tidak sebaliknya.

Di tempat lain, seorang pemilik rumah pernah memasang maklumat jangan mengobrak-abrik bak sampah. Hasilnya? Tulisan ditutupi lumpur dengan jejak tapak tangan. Lalu tutup dan dinding bak sampah penuh olesan lumpur. Sebuah kode keras perlawanan.

Ketika mengakhiri posting ini seorang pemulung muda membuka sampah, mencari sesuatu, lalu menutup bak lagi. Sekarang mendingan, mereka mau menutup bak sampah tanpa membanting daun pintu horizontal itu.

Saat saya ingatkan jangan mengobrak-abrik isi bak, dengan mengiakan dengan sopan.

Repotnya mengatur pemulung di rumah kita

Memudahkan pekerjaan pemulung

Kardus bagus biasanya pemulung mau

Terbukti kardus itu berguna bagi orang lain

2 Comments

junianto Minggu 11 September 2022 ~ 12.34 Reply

Karena itulah di beberapa kawasan ada tertulis maklumat pemulung dilarang masuk.

Pemilik Blog Minggu 11 September 2022 ~ 23.14 Reply

Yah ini memang masalah sosial. Di dalamnya ada faktor keamanan.
Pernah tutup bak sampah, masih baru, dari bahan pelat tebal, dibawa pemulung. Ketika disusul, diminta balikin barang, si pemiliknya ogah, “Ya sana bawa sendiri.”

Kurang ajar kan? Tapi dia tahu rumahnya kita, serangkaian kita nggak tahu rumah dia. Saat kepala keluarga nggak di rumah dia bisa macem-macem.

Tinggalkan Balasan