Sudah sebulan ini pikap tahu bulat yang masuk lingkungan saya menjajakan dagangan dengan mendendangkan tembang bercengkok Sunda. Kata-kata yang diucapkan sih dalam bahasa Indonesia.
Sejak muncul hampir sepuluh tahun silam, cara menjajakan tahu bulat hampir seragam. Selalu ada mantra “digoreng dadakan”.
Lalu setelah ada penjaja yang berlagu โ baru, untuk kawasan saya, entah di tempat lain โ lalu yang lain mengikuti, apakah gaya ini akhirnya juga generik?
Pikap menjajakan tahu bulat dengan berlagu ๐ผ pic.twitter.com/ctkyob4ZaI
— Gambar Hidup (@gbrhdp) September 7, 2022
Apapun cara menjajakan, semuanya memanfaatkan teknologi digital nan murah. Suara direkam dengan ponsel ke kartu memori SD kemudian diputar dengan bantuan penguat (amplifier) dan pelantang suara (sepiker trompet).
Delapan tahun silam, pada 2014, saya masih mendapati penjaja roti menempelkan mikrofon di dagu, selama mengendarai motor dia terus menjajakan dagangan secara langsung malalui mulut.
6 Comments
Belum lama tadi ada juga tahu bulat berlagu di gang kecil sebelah rumah saya. Berlagu suara perempuan. Baru bagi saya. Tapi pakai motor bebek (atau matic, kurang jelas karena saya melihat dari jauh), bukan mobil. Baru kali ini saya lihat tahu bulat bermotor.
Nah ini menarik ๐
Tadi saya anak saya, dia baru dua kali melihat motor tahu bulat itu. Sedangkan istri saya belum pernah lihat.
O ya lagunya bercengkok Sunda pula, seperti di lingkungan Paman.
Sebagian penjual memang dari Jabar. Seperti dulu, kerupuk putih itu.
Kalo penjual bakso Jawa ya dari Wonogiri. ๐
kalo di jogja njuk diplรจsรจtkรฉ: digoreng yak-yakan ๐
Yak-yakan ๐คฃ๐
Lalu byayakan, kayak yakyak’o