Drumben dramben drum band

Bahasa Indonesia sebagai tulisan maupun ucapan itu merepotkan justru karena kita memikirkannya.

▒ Lama baca < 1 menit

drumben adalah kata baku dalam bahasa Indonesia

Saya sering telat memahami soal kebahasaan. Misalnya istilah “drumben”. Ternyata itu kata baku, ada dalam KBBI. Saya mengecek kamus setelah mendapati “drumben” dalam Harian Jogja.

Selama ini, umumnya media menulis “drum band“, juga “marching band“, bukan serapannya dalam bahasa Indonesia. Kalau padanan “barisan tambur” mungkin dianggap kurang keren. Tak apa, bahasa menyangkut selera dan rasa nyaman.

drumben adalah kata baku dalam bahasa Indonesia

Secara acak saya cari “drum band” di Tempo, Kompas.id, Liputan6, dan Republika. Ada semua. Begitu pula “marching band“. Soal perbedaan drum band, marching band, dan marching brass, bukan itu yang akan saya bahas.

Baiklah saya memulai dari kasus saya sebagai penutur bahasa Indonesia. Saya cenderung mengucapkan “drêm” jika “drum” itu berarti tong, dan “dram” jika menyangkut alat musik.

Ya, betul seperti saya cenderung mengucapkan “bês” dan “bis” untuk bus sebagai alat angkut dan dahulu sebagai kotak surat milik Kantor Pos.

Intinya, lain tulisan lain ucapan. Sejak kecil guru bahasa Indonesia tak pernah mengajarkan cara melafalkan bus dan drum.

Lalu bagaimanakah cara pembaca berita melafalkan kedua kata itu, sila cari arsip di YouTube dan mungkin siniar (podcast) auditif. Kalau untuk lagu, sila dengar “Bis Kota” (God Bless), “Bis Kota” (Franky & Jane), dan “Barang Antik” (Iwan Fals). Tetapi ingat, itu pelafalan oleh penyanyi*, bukan pembaca berita. Tanggung jawab penyiar radio dan TV lebih besar. Mereka lebih didengar ketimbang guru bahasa di kelas.

Nah, kalau “band” dalam “drum band“? Mari kita urutkan. Pertama: saya selalu melafalkannya “bèn”. Kedua: ternyata KBBI V tak punya “bèn” maupun “ban” untuk menyerap “band“.

drumben adalah kata baku dalam bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia sebagai tulisan maupun ucapan itu merepotkan justru karena kita memikirkannya. Menjadi guru bahasa yang baik lagi benar itu mulia — kalau mampu, saya sih tidak.

*) Saya tak tahu bagaimana para guru vokal melatih artikulasi anak-anaknya terhadap kata-kata berbahasa Indonesia yang pelafalannya berbeda dari tulisan — kalau “Indonesia” jangan diucapkan “Én-do-né-sa”, dan “damai” bukanlah “damè”, itu jelas

Tinggalkan Balasan