Sambo nan sakti tiada tepermanai

Eyang Fikri Hadi masih jelas dalam berbicara, kata demi kata jernih, urut, terucapkan tanpa terbatuk, “Sambo itu kurang ajar! Merusak Polri dan NKRI! Saya lihat di TV waktu dia sidang etik dan rekonstruksi tampak mantap stabil, nggak merasa bersalah. Masyaallah!”

Kamso dan Kamsi menyimak dengan takzim.

Menurut Eyang, Ferdy Sambo itu merepotkan Kapolri, menjerumuskan banyak perwira. Kalau kelak dia lolos, cuma dapat hukuman ringan, bakal mendelegitimasi Polri, sehingga masyarakat akan abai hukum.

“Selain itu,” kata Eyang sambil mengelus pangkal tongkat, “Sambo menimbulkan prasangka SARA, seolah ada geng mafia polisi Kristen dalam tubuh Polri. Ini berbahaya, memecah belah kerukunan umat!”

Kamso dan Kamsi kembali manggut-manggut seperti mabuk mangut.

Lalu Kamso menanggapi, “Jadi baiknya harus gimana, Eyang?”

“Kekuatan gelap yang jahat di belakang Sambo harus ditaklukkan supaya kesaktian Sambo berupa aura dan pengaruhnya sirna. Harus ada gabungan orang-orang sakti untuk menjinakkan Sambo!”

Kamso tersedak. Kamsi mengedipkan mata.

Dalam perjalanan pulang, Kamsi menyentil, “Mas dari tadi nunggu yang soal kesaktian itu kan?”

Kamso menyahut, “Orang kalo udah putus asa napa lari ke sana, ya?”

Bagaimana kalau Sambo dan lainnya bebas?

Psikologi Sambo

Obat nyamuk bakar dalam kasus Sambo