Enting-enting gepuk dan alamat yang tak saya ketahui

Bungkus enting-enting kelenteng menyadarkan saya tentang kepanglingan terhadap Salatiga kota kelahiran.

▒ Lama baca < 1 menit

Saya numpang lahir di Salatiga, Jateng. Lalu sebagai orok dibawa kembali ke asal orangtua, Yogyakarta, hingga saya berumur tiga tahun keluarga saya pindah ke Salatiga, bapak saya pindah kerja, meninggalkan UGM untuk menjadi dosen UKSW. Seterusnya sejak TK sampai SMA saya tumbuh di kota kecil yang dahulu hanya satu kecamatan sembilan kelurahan itu. Lantas?

Tadi saya mengamati bungkus enting-enting gepuk cap Klenteng dan 2 Holoo (¬ tentang jenama ini lihat National Geographic Indonesia), ternyata alamatnya belum pernah saya ketahui. Padahal saya merasa wong Salatiga selain kadang bilang sebagai wong Yoja — wong Salatiga asli dahulu melafalkannya “Yug-jo”. Tertulis dalam kemasan: Jalan Simonegoro, Gamol, Salatiga. Di manakah gerangan itu?

Kota di mana pun terus berubah. Penghuninya pun belum tentu sepenuhnya paham perubahan ruang kehidupannya sejak lahir hingga punya cucu. Teman-teman SMP saya tak semuanya ingat beberapa hal tentang Salatiga. Jalan-jalan tanah yang tidak dahulu hanya diapit sawah dan tegal, apalagi di luar batas kota, akhirnya punya nama karena berubah menjadi permukiman.

Salatiga terus berubah. Dahulu mungkin kota madya terkecil di Indonesia — lebih kecil dari Kawedanan Ambarawa. Luas Salatiga dahulu hanya 17,8 km², sepertiganya yang sekarang setelah pemekaran wilayah pada 1992, saat saya sudah jadi warga Jakarta Barat, kemudian pindah ke Bekasi (¬ Di Salatiga).

Benak saya enggan beringsut. Salatiga yang saya kenal tinggal residu ingatan. Saya orang masa lampau yang dibebat romantisime nostalgik. Lalu pangling dan merasa asing dengan kota saya sendiri. Padahal tahun kalender terus bertambah angka.

6 Comments

junianto Senin 25 Juli 2022 ~ 15.33 Reply

Konten ini tidak bisa dipecah untuk Blog Di Salatiga, yang hari ini genap sebulan tanpa konten baru?

Pemilik Blog Senin 25 Juli 2022 ~ 18.01 Reply

Nggak. Biarkan masing-masing kaveling punya jalan hidup sendiri. Yang pasti, kalo di wordpres.com bakal lbh awet sampai Automattic menutupnya

junianto Senin 25 Juli 2022 ~ 18.24 Reply

Kalau sampai terjadi penutupan di WP itu karena apa, Paman?

Pemilik Blog Senin 25 Juli 2022 ~ 22.31

Ya bisa saja karena nggak ekonomis padahal layanan sudah dibikin freemium dan yang free sudah aga iklannya. Mungkin suatu saat begitu lho. Lagi pula Automattic kan punya layanan lain.

Di sisi lain Google masih ngopèni Blogspot. Dari sana saya duga Google sejak dulu bisa menambang data untuk ngempani mesin bahasanya.

BTW Posterous dibeli Twitter malah ditutup. Mungkin nggak ekonomis lagi.

junianto Selasa 26 Juli 2022 ~ 08.22

Dahulu saya juga punya akun di Posterous, dan ingat ada Posterous Menerus.😁

Pemilik Blog Rabu 27 Juli 2022 ~ 09.38

Posterous Menerus. Masih inget aja. Blogging dari BB via email (SMTP, bukan SMTA/SLTA)

Tinggalkan Balasan