Merah kecokelatan. Cokelat kemerahan. Manakah sebutan yang tepat saya tidak tahu. Saya termasuk orang yang bingung dalam menamai warna secara spesifik. Guru bahasa Indonesia dan guru menggambar mestinya lebih tahu.
Pikiran tentang nama warna mengisi benak saya sore tadi, setelah seharian hujan, karena melihat sepucuk daun di pot itu masih merah kecokelatan atau sebaliknya — awal pekan ini lebih memerah. Menurut Google Lens, tanaman yang saya foto ini philodendron. Saya tak tahu ini jenis yang mana. Mungkin red cardinal seperti disebut beberapa lapak daring.
Saya tak membahas tanaman melainkan nama warna. Sekian lama saya penasaran dengan nama warna dalam bahasa Indonesia, misalnya untuk cokelat. Kata “cokelat” kita serap dari bahasa Belanda dan Inggris.
Di sisi lain, dalam percakapan dan jual beli di lokapasar kita akrab dengan sebutan “orange” , yang dilafalkan “orén”. Tentu itu dari bahasa Inggris, sedangkan sebutan “oranye”, yang oleh sebagian orang dianggap arkais, kita serap dari bahasa Belanda, yakni “oranje” (dibaca “oranye”, karena “j” dalam bahasa Belanda seperti “y” dalam bahasa Indonesia). Saya beberapa kali menulis warna “jingga” dan mengundang pertanyaan itu warna apa. Saya tak tahu masalah ada di siapa. Sama seperti ketika saya menyebutkan maupun menuliskan kata “jambon”, bukan “pink“, dianggap melucu atau beraneh-aneh.
Di tengah kepenasaranan itu, pada 2018 Ivan Lanin mencuitkan pedoman nama warna dalam bahasa Indonesia. Jika Anda kerepotan mengunduh buku Daftar Istilah Warna terbitan Badan Bahasa Kemendikbud tersebut, sila klik laman repositori ini.
Daftar Istilah Warna Indonesia-Inggris (Pusat Bahasa, 1984, PDF) https://t.co/TYzRgY6Owo pic.twitter.com/rtSV8D21c8
— Ivan Lanin (@ivanlanin) January 11, 2018
Ada banyak padanan nama warna dalam buku tipis terbitan 1984 tersebut. Untuk hijau ada belasan, di antaranya “hijau jelak” (primary green, vivid green) . Sedangkan untuk merah ada tiga puluh lebih, antara lain “merah marak” (scarlet). Hijau dan merah yang saya contohkan itu juga berlaku di Malaysia, namun “jelak” menjadi “jelah”. Atau kita mengikuti bahasa Melayu Malaysia?
Lalu daun tanaman saya berwarna apa? Mungkin salah satu dari ini: beram (padanan untuk cardinal red), kapisa (bay), dan cara Bang Kios Tanaman yakni “merah tua daun”.
Warna dalam bahasa asing memang merepotkan penerjemah. Jalan pintasnya? Menulis apa adanya; jika tata aksara memungkinkan akan ditulis miring (kursif). Banyak produk menggunakan nama warna yang khusus, sejak amber (untuk dark amber, salah satunya hex #feb204; RGB 255,210,43 — versi salah satu akun di Color-Hex.com) hingga zenchua (hex #d23c77; HTML #cc3366; RGB 210,60,119; CMYK 0, 71, 43, 18 — versi Facemedia Group). Kalau Anda ingin lebih jauh menjelajahi warna silakan ke Pantone.
Nama warna yang dulu mengesankan bagi saya warna kertas koran Financial Times, koran menak dunia usaha, terbitan London, yang di Jakarta dan Bali hanya tersedia di newsstand hotel mahal dan toko buku asing di mal serta bandara. Nama warnanya salmon pink (hex #fff1e0), menurut Quartz menjadi identitas jenama FT. Untuk mata saya, warna daging salmon lebih ke jingga.
Itu tadi nama warna asing. Bagaimana dengan nama warna dalam bahasa Indonesia?
Ketika Remy Sylado bikin Kerudung Merah Kirmizi, langsung terasa nuansa biblikalnya. Warna itu ada di Alkitab Perjanjian Lama. Menurut KBBI, kirmizi adalah warna “merah tua atau ungu”. Alkitab bahasa Indonesia memungut kirmizi dari bahasa Arab untuk memadankan shanim dalam bahasa Ibrani, dan crimson dalam bahasa Inggris yang berhulu ke bahasa Latin Abad Pertengahan, yang memungutnya dari bahasa Arab: qirmizī.
Orang Jawa menyebut warna cokelat itu “soklat”, pasti hasil memungut bahasa Belanda. Salah satu jenis warna cokelat dalam bahasa Jawa adalah “dragêm“, yang menurut Bausastra W.J.S Poerwadarminta adalah “abang sêmu irêng (tmr. ulêsing jaran)” . Merah bersemu hitam, diterapkan pada warna bulu kuda. KBBI memungutnya menjadi “deragem”.
5 Comments
Berkat konten Paman ini saya jadi tahu bahwa soal warna ternyata tidak sederhana/bisa merepotkan/dll.
BTW tiap tiga hari saya mengirim pakaian kotor istri saya ke jasa laundri (bijian) di seberang rumah. Sebelum saya kirim, saya catat jumlah, jenis pakaian dan warnanya, untuk jaga-jaga bila ada yang ketlisut di tempat jasa laundri itu.
Kadang saya masih bingung dengan warna tertentu pakaian-pakaian tersebut, misalnya apakah merah bata atau merah tua, hijau muda atau kuning tua, abu-abu tua atau cokelat, dst.
Wah telaten, pake dicatat. Kenapa nggak difoto, Lik Jun?
Tapi kalo foto dicetak pake printer kecil supaya kayak Polaroid, malah mahal ya.
Begitulah, dalam bahasa Jawa dan Indonesia saja warna spesifik itu membingungkan. Hanya merah cabe, merah darah, dan ijo telethong yang kita kenal.
Saya catat di buku, kemudian saya kirim via WA ke pemilik jasa laundri.
Ketika beberapa hari kemudisn sang pemilik memulangkan pakaian, dia ganti mencatat rinciannya di belakang nota tagihan.
Telaten, karena saya kurang gawean. 😁
Apik tenan iki 👍🌺