Mencekik itu hanya istilah saya. Nyatanya sekian karet gelang hanya menjadi kalung bagi burung logam yang menjadi mahkota wadah mirip tempat kue untuk afternoon tea ini.
Saya tak tahu siapa yang memulai menaruh karet gelang untuk bungkus makanan ini. Mulanya satu, dua, tiga dan seterusnya. Karena letak wadah itu di meja dapur tentu lebih dekat ketimbang handel tegak pada pintu.
Karet bekas pakai ini masih bagus, belum kendor apalagi lengket. Lumayan buat melengkapi stok karet di gudang. Saya tak tahu misalnya masih ada minyak tanah, apakah semua karet itu akan melar setelah saya rendam.*
Tentang pencekikan burung, padahal sebenarnya tidak, saya membatin itu burungnya anteng, manis, alim, tidak nakal, karena terus menempel pada tempatnya hinggap, kok bernasib begitu, bahkan ekornya pun diberati karet gelang. Dia tidak bisa pindah ke sarang lain meskipun sarang lain itu mempersilakan penuh damba.
Oh, burung. Ada saja yang sering berurusan dengan karet, yang berupa gelang maupun selongsong.
*) Saya lupa karet gelang yang bisa melar dalam minyak tanah itu jenis yang halus agak bening ataukah yang kasar seperti setip merah biru jadu
3 Comments
Selongsong….
Lha emang kenapa? 🙊
😬