Dua hari lagi Kompas memasuki penerbitan tahun ke-58, karena besok (28/6/2022) koran itu berulang tahun ke-57. Salah satu bukti Kompas telah beradaptasi dengan zaman adalah menjual produk grafis, berupa arsip tata letak halaman depan, dengan mata uang Etherium. Sungguh sebuah lompatan digital yang bikin gagap pembaca lama. Tepatnya: pembaca tua. Termasuk saya.
Sejujurnya, saya belum paham kripto, rantai blok, dan entah apa lagi. Sudah mencoba mempelajari namun buntu. Pernah mencoba masuk ke Opensea tetapi kemudian ragu. Apalagi harus menaruh deposit. Maka tulisan saya ini, sejak judul sampai isi, jangan-jangan memuat istilah yang tak tepat.
Belakangan Kompas memiliki konten khusus NFT. Bukan singkatan non-fungible token melainkan Narasi Fakta Terkurasi. Isinya edukasi tentang NFT beneran.
Ilustrasi sehalaman penuh di pagina depan Kompas, yang bertajuk “Reconnect”, adalah karya Gede Raka Jana Nuraga (Rakajana, 30), perupa dari Gianyar, Bali, yang memasarkan karya dalam NFT.
Maka arah Kompas jelas. Untuk merejuvenasi atau meremajakan pembaca, dia menyapa target dengan cara yang sesuai. Ya NFT itu.
Hal itu merupakan sebuah lompatan jauh dalam bentang alam atau lanskap pasar seni rupa: dahulu P.K. Ojong bersafari dari desa ke desa di Bali untuk menyambangi pelukis dan membeli karya mereka, kini penerbit di Palmerah itu masuk ke bursa karya berbasis kripto, dengan bersampelkan Rakajana, juga dari Bali.
2 Comments
ini sebuah epiphany bagi generasi mesin ketik brother seperti saya ini, masé 😊
Kalo “Brother to Brother” itu Gino Vanelli. Untuk wong lawas seperti saya dan priayi Serengan.