Bungkus Night dan jajan

Guyon jadul bisa bertentangan adab, namun generasi peralihan masih mempraktikkannya.

▒ Lama baca < 1 menit

Bungkus Night dan jajan tapi jangan bawa pulang bungkus

Kamsi tertawa sambil bertelepon, “Kamu sendiri aja yang tanya Mas Kam, Tin. Lha di grup tadi kan teman-teman bilang nanya aku atau suamiku.”

Oh, ternyata ini latarnya. Di grup WhatsApp teman sekolah Kamsi ada yang membagikan gambar promosi Bungkus Night di sebuah spa pria di Jaksel yang jadi urusan polisi.

Lantas muncul celetukan, boleh jajan tapi bungkusnya jangan dibawa pulang. Titin, teman sekolah Kamsi, tak paham lalu dipermainkan dengan bermacam jawaban yang membingungkan, dari pria maupun perempuan — dan banyak juga emotikon marah.

Lantas dalam grup ada anjuran agar dia menanya secara privat ke Kamsi, “… atau nanya suaminya.”

Kamso kurang sreg karena Kamsi menceburkannya ke guyon internal. Tapi apa boleh buat, Kamsi menyerahkan ponsel kepada Kamso.

Setelah menanya kabar, Titin menanya,, “Jadi maksud bungkus jangan dibawa pulang itu apa, Mas?”

“Kalo makan di tempat kenapa bungkus dibawa pulang? Bisa bikin kotor rumah dong,” jawab Kamso.

“Tapi kayaknya yang dimaksud teman-teman bukan itu.”

“Wah saya nggak tau, Jeng.”

“Tadi ada yang bilang itu nasihat kuno?”

“Oh kayaknya iya. Parêng jajan anggêré wungkusé aja digawa bali ngomah. Lha mosok buang bungkus di rumah? Kalau bawa oleh-oleh buat yang di rumah ya bungkus yang ada isinya, dan isinya makanan sehat, kan?”

Kamsi tertawa keras dan rupanya terdengar Titin.

“Kok saya curiga ya maksudnya bukan itu,” sahut Titin yang dikenal lugu dan naif, kebetulan hingga kini tetap melajang, hidup di sebuah kota kecamatan.

“Setahu saya ya hanya itu, Jeng.”

Kamsi ngakak, “Lha kok bawa pulang bungkus, cari bungkus aja dia aku larang. Awas!”

Guyon orang sepuh dulu kadang memang aneh. Untuk ukuran sekarang hal itu berlawanan dengan adab dan larangan tindak pidana perdagangan orang. Ya, istilah yang dipakai UU memang bukan perdagangan manusia.

¬ Gambar praolah: Shutterstock

2 Comments

junianto Senin 20 Juni 2022 ~ 22.41 Reply

Selain bungkus dan jajan, ada pula kambing dan sate. 😁

Pemilik Blog Selasa 21 Juni 2022 ~ 00.14 Reply

Waktu saya SMA ada guru tamu, semacam kepala dinas pendidikan di Adelaide, Ostrali.

Saya tanya apakah Anda menikah, punya anak berapa. Maklum dulu saya nggak tahu bahwa itu kurang sopan, apalagi menanyakan agama.

Dia bilang, “Ada perpustakaan kenapa harus beli buku?”

Hmmm… jawaban warga masyarakat yang doyan buku. 🙊

Tinggalkan Balasan