Sampe segitunya benci Jokowi

Pilpres 2024 masih menyisakan teka-teki apakah polarisasi dua pilpres sebelumnya akan diteruskan bahkan sampai ke pilpres berikutnya.

▒ Lama baca < 1 menit

Polarisasi: Sampe segitunya benci Jokowi

“Mas, dua kali pilpres aku nggak milih Jokowi. Sampe sekarang aku nggak cocok sama Jokowi, tapi nggak sampe benci sebenci-bencinya apalagi nyerang pribadi, malah ada tuh yang dulu menyamakan Iriana dengan PSK berjilbab,” Faiz Kelobot membuka pagi.

“Ya itulah yang aku bilang akibat polarisasi. Ekornya panjang dan lama. Coba liat pilpres sebelum 2014, nggak sepanas dua terakhir, bahkan orang udah lupa siapa aja capres yang kalah. Oh ya, kalo soal menyamakan istri Jokowi dengan PSK, kan banyak yang nggak suka. Ismail Yusanto HTI minta pelakunya dihukum,” jawab Kamso.

“Mau ke mana bangsa ini?”

“Nggak tau. Karena mereka yang nggak suka Anies juga sampe segitunya, nyebut dia Wan Abud dan kadrun. Itu kan rasis. Nggak beda sama yang maki Ahok, ‘Dasar Cina!’. Belum lagi yang bikin meme visual soal Jokowi, misalnya sebagai arca Borobudur. Padahal itu tempat suci bagi Buddhis, Iz.”

“Mas, kalo soal Anies rada beda background-nya. Dia yang mulai dengan politik identitas dan politisasi agama. Bukan maksudku membenarkan rasisme, tapi dia kan menuai buah yang dia tanam.”

“Kalo nyerang Anies pake cara kayak gitu, lantas apa bedanya mereka dengan dia dan kelompok sektarian yang ada dalam pendukungnya?”

“Jadi ngeri bayangin 2024 nanti. Sebagian kubu anti-Jokowi keliatan bawa unsur agama. Latar penyerangnya keliatan kan?”

“Wah perlu analisis konten medsos dan lainnya untuk sampai pada kesimpulan itu, Iz.”

“Aku pernah kerja di bagian riset, Mas. Ingat, kan? Tapi kali ini aku bicara rasa. Saudara-saudaraku dalam keluarga besar juga ngaku kalo kebencian mereka terhadap Jokowi dilatari agama. Tetangga dan keluarga besar Mas Kam juga ada yang gitu, kan?”

Kamso terdiam. Matanya menatap puncak tiang listrik depan rumah tetapi dengan sorot mata kosong. Tak ada yang berubah di tiang listrik itu selain stiker sedot WC, silih berganti, di bagian yang terjangkau tangan.

¬ Gambar praolah: BPMI Setpres

3 Comments

junianto Rabu 15 Juni 2022 ~ 18.20 Reply

Faiz Kelobot itu Muslim tapi dia, dan keluarga besarnya, benci Jokowi yang juga Muslim karena faktor agama?

Pemilik Blog Rabu 15 Juni 2022 ~ 19.13 Reply

Itu simplifikasi. 😇
Tak sesederhana itu.
Tapi dalam polarisasi dan segregasi, simplifikasi menjadi andalan: jika Anda tak di sisi kami berarti Anda lawan.
Yang disebut sisi dalam kasus ikatan primordial:suku, agama, ras.
🙏

Tinggalkan Balasan