↻ Lama baca < 1 menit ↬

Kegigihan telemarketer berjangka

Dia menghubungi saya, dengan menyapa nama lengkap saya sesuai KTP via WhatsApp, sejak 30 Mei lalu. Yah nasib saya, nomor sejak 1997 beserta nama saya sudah beredar di tangan telemarketer sejak sebelum ada smartphone.

Cewek itu, mungkin seusia putri bungsu saya, menawarkan investasi atau apalah. Saya sebut telemarketer berjangka bukan karena dia membawa alat tulis bernama jangka, melainkan lantaran saya berpengandaian dia hanya bekerja sementara di bidang itu sebelum beroleh pekerjaan yang lebih mapan.

Dia gigih padahal saya belum pernah menanggapi. Malam mengucapkan selamat istirahat. Pagi bersalam semangat. Setelah mengamati pola komunikasi dia, selama dua minggu, nomor dia hari ini saya blok.

Karena sering dihubungi telemarketer dengan beragam cara pendekatan, saya pun berpikir lain. Mencari pekerjaan sebelum ada pandemi saja susah apalagi setelah ada Covid-19, dan sekarang ada kemerosotan ekonomi, sehingga sejumlah perusahaan rintisan (startup) mulai mem-PHK karyawan.

Saya bayangkan jika putri saya, atau keponakan saya, harus bekerja seperti mereka. Secara umum, cewek lebih berisiko mengalami pelecehan seksual, bukan hanya oleh pria muda tetapi juga kakek bangkotan.

Batal membalas telemarketer

Menghadapi telemarketer

Pantun pagi hari dan drop out sekolah

Emang mainan burung?

Mohon maaf untuk pemilik wajah