Sandal dari alumna untuk alumnae, eh dari alumnus untuk alumni

KBBI membedakan alumnus dan alumni, tetapi tidak untuk politikus dan politisi, serta musikus dan musisi.

▒ Lama baca < 1 menit

Sandal jepit untuk alumna Santa Ursula Jakarta

Melihat sandal jepit ini saya terkesan, karena baru kali ini menjumpai sandal sebagai suvenir sebuah alumnae sekolah. Eh apa, alumnae? Misalnya si pembuat sandal hanya seorang, maka dia layak disebut alumna Santa Ursula, SMA di Lapangan Bateng, Jakpus, yang semua muridnya cewek, sehingga kaus olahraga mereka ada yang berversi “0% laki-laki”. Putri saya alumna sana, dulu peniup selompret di marching brass.

Alumna. Alumnae. Saya pernah diprotes oleh lebih dari seorang karena menuliskan alumna (tunggal; untuk perempuan) dan juga alumnae (jamak; perempuan). Mereka bilang dua kata itu asing. Pembaca tidak paham.

Ada juga sanggahan kuat, dua kata itu tak ada dalam KBBI. Sampai kini, KBBI V, juga tak memasukkan lema alumna dan alumnae.

Marching brass Santa Ursula dalam sandal jepit untuk alumna

Saya lupa, KBBI entah versi berapa tak membedakan alumnus (tunggal) dan alumni (jamak) — tolong Anda koreksi jika ingatan saya kacau. Sama seperti terhadap politikus (tunggal) dan politisi (jamak). Demikian pula terhadap musikus (tunggal) dan musisi (jamak).

Memang sih Badan Bahasa menganut kebijakan serapan kata asing mengikuti kaidah bahasa penyerap. Hal itu berlaku pada hampir semua bahasa dalam menyerap kata asing. Dalam perjalanan waktu “ulama” bisa berlaku jamak maupun tunggal — sementara bahasa Inggris mengenal ulemas untuk jamak. Tentang kata “antum”, yang kata orang sebenarnya untuk jamak, belum ada dalam aplikasi KBBI V. Kalau “anta” ada.

Kembali ke jamak dan tunggal, akhirnya KBBI V membedakan alumnus (“orang yang…”) dan alumni (“orang-orang yang…”), tetapi tidak untuk musikus dan musisi, pun politikus dan politisi.

Apakah kerepotan kita karena merujuk dua bahasa asing, yakni Belanda lama dan Inggris? Untuk musikus dan musisi, bahasa Belanda akhirnya lebih acap memakai muzikant dan muzikanten. Kalau politicus dan politici sih masih.

Di Indonesia, kata politisi tampaknya lebih disukai karena tak mengandung tikus. Tidak bagus saat seseorang memperkenalkan diri dalam kampanye caleg.

4 Comments

junianto Sabtu 7 Mei 2022 ~ 13.44 Reply

Berpatokan pada alumnus (jamak) dan alumni (tunggal) dalam KBBI, dahulu saat masih ngantor saya juga pakai politikus untuk jamak dan politisi untuk tunggal.

Hanya, dahulu saya kadang bertanya-tanya dalam hati, apakah kawan-kawan saya di media tempat saya bekerja juga peduli tentang hal-hal begini? Karena nyatanya waktu itu banyak kawan juga tidak paham, misalnya, bedanya ketua umum partai dengan ketua partai, dan mereka terkesan tidak peduli.

Pemilik Blog Sabtu 7 Mei 2022 ~ 14.55 Reply

Kalo soal ketua bidang di DPP itu memang merepotkan untuk diringkas. Saya pernah pakai “salah satu ketua” dan “anggota DPP”, untuk membedakan dari ketum.

Mungkid ketum warisan Orba, dulu tak ada universitas maupun partai pakai jabatan presiden. Tapi perusahaan swasta berani, ada presdir. Perusahaan taksi juga, tapi bukan jabatan.

junianto Sabtu 7 Mei 2022 ~ 15.39 Reply

Paman dan saya tahu, misalnya, Megawati itu ketua umum DPP PDI-P, dan kita tahu ada beberapa ketua (bidang). Tapi belum tentu jurnalis lain (eh kita sudah bukan jurnalis) seperti kita, dan tahunya Mega itu ketua DPP PDI-P.

Saya pernah punya reporter, tidak tahu bedanya kepala desa dan lurah, tidak tahu bedanya orang punya hajat mantu dan ngunduh mantu padahal dia wong Jowo.

Eh tapi diskusi kita tentang alumna dkk kok sampai ke sini?

Pemilik Blog Sabtu 7 Mei 2022 ~ 18.04

Itulah repotnya jadi jurnalis, kadang melebihi guru bahasa Indonesia.

Masih banyak media menulisnya prosesi, padahal bukan itung-iringan. Media salah dalam berbahasa, masyarakat tertulari, lalu media yang tertib dalam berbahasa dianggap aneh.

Masih ada saja menuliskan alibi padahal yang dimaksud sangkalan. Alibi itu keterangan berada di tempat lain pada suatu waktu.

Sejumlah editor media daring cuek dengan itu semua, dengan alasan yang penting pembaca ngerti dan trafik bagus. Kasihan sebenarnya.

Tinggalkan Balasan