Tadi pagi saya lihat sekelopak alamanda yang belum mekar penuh tergeletak di atas daun lompong. Belum layu banget sih. Tetapi saya langsung teringat ungkapan layu sebelum berkembang. Waktu saya masih bocah, saya tahu ungkapan itu dari lagu orang dewasa, “Layu Sebelum Berkembang” (Tetty Kadi).
https://youtu.be/W2HUo2Ft-4A
Tadi saya berpikir, sejak kapan ya muncul ungkapan itu? Dari dunia sastra? Saya tidak tahu karena jelajah tekstual saya cekak. Dari bahasa jurnalistik masa lalu? Saya pun tak tahu.
Dari sejumlah kata layu dalam Wikiquote Indonesia tak saya temukan layu sebelum berkembang. Saya malah menemukan hal baru, maksud saya peribahasa lama yang baru saya ketahui: dianjak layu, dibubut mati. Di aplikasi ponsel KBBI malah ada layu rumput di halaman, artinya raja telah mangkat.
Tadi juga saya lihat sekelopak alamanda yang masih menempel pada tangkai, belum mekar penuh, dan saya berharap dia tak gugur terlalu dini.
3 Comments
Bar tak batin tadi pagi, Paman kok sauntoro ora posting bongso kembang.๐
BTW lagu tetty Kadi bikin sedih.
Waduh saya identik dengan penjahat pemetik bunga dalam cerita Kho Ping Hoo? ๐
๐๐