Adit Audit tumben bicara penuh kesumat via telepon. Dia pria kalem, selalu tenang. “Mas itu kenapa pelaku klitih cuma minta maaf pake sungkem ke ortu di kantor polisi? Drama ora mutu! Mestinya ke ortu korban dan masyarakat!”
Kamso menenangkan, mungkin video itu belum lengkap.
Lalu Adit melanjutkan, klitih ini absurd. Orang mencari mangsa lalu menganiaya tanpa alasan, bahkan kenal korban pun tidak.
“Kalo itu dibilang lumrah karena remaja nyari identitas, kenapa di kota lain nggak ada? Tapi kalo dibiarkan bisa nular, Mas!”
Kamso menyimak dengan sabar. Adit marah, klitih sudah terjadi bertahun-tahun dan nggak bisa diatasi, “Stop diskusi bedah masalah! Para pelaku masuk penjara malah naik pangkat di mata gengnya!”
“Lha itu Ngarso Dalem geram, minta penglitih ditindak tegas, Dit. Di Twitter banyak cuitan buat menghukum,tepatnya membalas, penglitih secara kejam.”
“Anakku di Jogja, Mas. Dia takut keluar malam. Lha zaman aku kuliah nggak takut keluar malam. Aku takut anakku diserang. Itu anak klitih kudu ditindak tegas, dihukum seberat-beratnya.”
“Lha kan hukum udah ngatur…”
“Amit-amit misalnya anakku mati jadi korban klitih, aku mau balikin pelakunya ke orangtuanya secara bertahap. Bisa kepalanya duluan, badan nyusul, atau badan duluan, lalu kepala. Bukannya itu yang diharapkan para orangtua klitih yang gagal ndidik anak, supaya anaknya diserahkan ke mereka? Kita penuhi, kasih aja hadiah.”
“Dit, Dit… Sabar, Dit… Apa bedanya kamu dengan penglitih?”
¬ Gambar praolah: Shutterstock
2 Comments
klitih ketemu geng rusuh sahur on the road.. apa yang akan terjadi?
Mungkin sama-sama menghindar