Saya mencoba menghitung, dalam radius 1,5 kilometer dari rumah saya setidaknya ada lima toko khusus sapu, pengki, alat pel, dan ember. Yang terbaru ada dalam foto di atas. Itu belum termasuk warung kelontong yang juga menjual sapu dan pengki. Artinya barang ini laku. Selalu dibutuhkan.
Dulu, katakanlah dua puluh tahun silam, tak banyak penjual sapu di sekitar saya. Berarti orang tak peduli kebersihan? Nggak juga. Setiap rumah punya sapu, pengki, dan keranjang sampah. Setiap rumah punya ember. Berapa bulan sekali ganti?
Di luar kios sapu ember, masih ngider pula meskipun tak setiap hari: mobil pikap sebagai kios berjalan. Itu masih ditambah penjual baskom yang berjalan kaki dengan menyunggi baskom terbalik selain menenteng dengan tangan kanan kiri. Saya pernah memotretnya dan punya rekaman videonya, terapi karena sedang nggak mood ngeblog gambar-gambar itu saya hapus.
8 Comments
yang sulit mencari sapu jerami, paman.. kebanyakan sapu sekarang terbuat dari plastik.. gak enak buat nyapu..
Sangat benar dan betul. Sapu kuning itu nyaman dipakai tapi gampang trondol dan helai-helainya belok
Saya belum pernah menghitung ada berapa. Seingat saya, 3 warung kelontong di jalan masuk ke tempat tinggal saya semuanya menjual sapu dan ekrak. Bahkan ada yang jual anglo untuk membakar sate.
Iya biasanya juga menjual pembaharuan sate. Ada juga yang jual papan penggilasan cucian
Ada berapa, ya? Aduh, maaf, tidak tahu ada berapa, Paman. Tapi yang saya tahu pasti, satu tempat dekat rumah saya yang menjual sapu adalah kedai istri saya.😁😬
Kalo beli sapu di warung sendiri pasti gratis 🤣
malah dapat imbuh seblak atau tebah kasur atau lainnya.😂
Dari Bu Kedai dapat macam-macam pasti 🤣