Trinil Cocomeo mengeluh, di YouTube banyak pesohor kurang sip dalam berbahasa. Maka Kamso pun penasaran, “Misalnya?”
“Nggak bisa bedain even dan event. Hermès dibaca hèr-mé. Chanel dibaca ca-nèl, kayak bubur aja. Gimana, Oom?”
“Lha kan bukan bahasa kita? Aku juga gak bisa ngucapin dengan bener desert dan dessert. Orang asing nyebut nama sama singkatan kita juga salah. Kalo nama Prancis emang susah, orang Eropa dan Amrik aja sering nggak pas. Nggak tau kalo orang Quebec, Kanada.”
“Beda dong. Kita harus ikutin internasional. Jangan malu-maluin.”
“Aku sih ndesit. Baca Samsung ya sam-sung, bukan sèm-sang. Bilang BMW dan VW ya pakai lidah Indonesia, bukan Jerman, bukan Inggris. YSL ya aku bilang yé-ès-èl soalnya aku nggak bisa bilang iv-san-lao-ron dengan sip. Orang Prancis nggak ngoreksi aku. Untung aku belum pernah dikoreksi orang Thailand kalo baca nama sana. Logat orang Ostrali juga aneh, di kupingku kayak bilang tu-dai dan e-ve-ri-dai untuk today dan everyday. ”
“Ya bedalah, itu kan dialek yang diakui dunia. Di kita tuh pokoknya pronounciation sama grammar bahasa internasional harus bagus.”
“Kalo bahasa Indonesia?”
“Itu sih gampang!”
“Misalnya bilang meskipun dengan tanpa saling pukul memukul tapi sudah terlanjur, sampai terlentang, akhirnya terlantar, gimana?”
“Apanya yang salah? Misalnya ada kata yang salah kan yang penting sama-sama paham. Kalo bahasa Indonesia kita nggak ikut aturan sih nggak perlu malu, Oom. Soalnya nggak jatuhin image. Beda ama bahasa Inggris.”
¬ Gambar praolah: Shutterstock
2 Comments
Waaaa Trinil Cocomeo ndembik, ngenthengke bahasa Indonesia.
O ya kalau saya tarzane nggandhuuulll bukan nggandhooolll, Paman.😁
Kalau lafal Tegal dan Banyumas ya “nggandhul”, dengan “u” penuh. Jawa lain, apalagi Jatim, jadi “nggandol” dengan “o” sepet pada Solo.