“Ini buat lidah sepatu ya?” tanya saya setiap kali mencicipi makanan pedas anak saya. Bisa pedas sebagai masakan jadi, bisa juga pedas karena tambahan sambal.
Saya bisa menerima rasa pedas, tapi secukupnya, level paling rendah dalam skala normal. Itu pun bukan sebagai makanan jadi melainkan pedas di sambal dan cabai. Butuh latihan lama untuk bisa menerima.
Skala normal itu, maksud saya, sebelum banyak orang doyan pedas, sebelum banyak penjual makanan membuat hidangan pedas berlevel-level. Dalam skala level kekekinian, tingkat paling bawah itu bisa dua tiga kalinya tingkat pedas skala lama yang saya sebut normal.
Saya tak habis pikir di mana nikmatnya kalau pedas berkelas super mengalahkan rasa asli hidangan? Sementara maniak pedas menganggap aras kepedasan saya itu menjadikan makanan hambar. Bagi saya kecap manis, sambal manis botolan, dan lada hitam maupun putih itu cukup. Misalnya untuk mi dan nasi goreng.
Pedas edan-edanan ini tampaknya mulai digemari sekitar 2010. Tolong Anda koreksi apabila saya luput menghitung tarikh.
2 Comments
Kalau saya maem puedes gitu langsung murus berhari-hari.🙈
Lha ya itu 🙈