Pedasnya merata di rongga mulut
Saya baru tahu ada jenama Rambak Dong setelah orang rumah menerima kiriman dua kardus kerupuk kulit. Melihat warnanya saya langsung menebak itu taburan bubuk cabai. Saya tak berani mencicipi.
Akan tetapi demi membahagiakan istri, saya turuti paksaannya untuk mencicipi barang sebiji. Walah, nyas kemranyas pedas ganas! Mulut serasa mengunyah bara. Ternyata istri saya butuh korban senasib. Saya jera.
Anak bungsu saya yang doyan pedas juga megap-megap padahal baru mencoba sebiji. Begitu juga Mbak ART kami yang kecanduan pedas. Dia menyerah, tidak bisa mencicipi sampai habis.
Makin ke sini toleransi level kepedasan orang makin menanjak. Mungkin besok belum mencapai batas. Masih akan meningkat.
Namanya juga selera. Saya sih jelas tertinggal, tak mampu mengimbangi. Apakah Anda termasuk orang dengan toleransi terhadap kepedasan yang selalu termutakhirkan seperti aplikasi ponsel dan komputer?
¬ Bukan posting berbayar maupun titipan
saya malah sekarang sedikit demi sedikit suka makanan pedas, paman.. dulu anti banget. makin ke sini makin ngikuti masakan istri yang doyan pedas..
Manusia itu adaptif. Saya relatif lbh doyan pedas dibanding dulu 🤣
saya ga tahan pedes yg kebangetan, paman. toleransi saya payah soal itu
Sama dong. Senasib kita 😇