Dari daster ke telur

Sabar, ini tak ada hubungannya dengan pertanyaan, "Mas dari Brebes ya? Telurnya kok asin."

▒ Lama baca < 1 menit

Perubahan di sekitar kita sering kali tak cepat kita sadari. Saya tak tahu apakah anggota TNI dan polisi masih memegang “doktrin” ini: harus mengenali apa saja dalam radius seratus meter dari rumahnya. Saya pakai tanda kutip karena setahu saya doktrin resmi tidak ada. Saya hanya pernah mendengar dari dua perwira yang berbeda pada era Orde Baru.

Supaya saya tak makin jauh melantur, inilah yang saya laporkan dari lingkungan saya. Ternyata kios daster itu sudah menjadi kios telur. Tak hanya telur ayam, tetapi juga telur bebek dan telur puyuh. Saya baru menyadari sore tadi.

Dari papan info harga, saya baru tahu kalau harga telur puyuh lebih mahal daripada telur lain. Berapa harga per kilogram telur bebek saya tidak tahu karena barang itu dijual per butir. Yang penting harga telur ayam sudah turun, hari ini Rp19.400/kg tak semahal dua tiga pekan lalu, seingat saya Rp23.000. Akhir Desember tahun lalu sampai di atas Rp30.000/kg.

Malam ini saya akan membeli telur tapi ternyata kalau malam tutup. Foto ini hasil jepretan tadi sore. Saya tak tahu kapan persisnya kios ini menggantikan kios daster.

2 Comments

junianto Kamis 3 Februari 2022 ~ 14.33 Reply

Pertanyaan di konten lama Paman, apakah toko daster itu tiap hari didatangi pembeli, terjawab sekarang. Jawabannya : (kemungkinan besar) tidak, krn nyatanya sdh ganti dagangan telur (ayam, bebek dan manuk puyuh).

Pemilik Blog Kamis 3 Februari 2022 ~ 16.03 Reply

Orang lebih butuh telur, bukan daster

Tinggalkan Balasan