Melamun itu baik. Patut disyukuri jika seseorang punya kesempatan untuk melamunkan apa saja. Mungkin saya seorang pelamun — atau malah sekalian pembual karena menceritakan apa saja. Tak soal, yang penting saya masih sadar, bahwa sandal jepit saya menginjak kerikil saat memotret daun alamanda yang merambati pergola. Saya tadi tidak sedang berdiri melayang di atas tanah.
Daun kecil ini pekan lalu dibawa oleh sulurnya menggapai talang teras rendah. Lalu saya belokkan arahnya. Tak saya potong, saya hanya berkompromi dengan hasrat alami dia untuk mendapatkan pegangan lebih tinggi agar beroleh sinar matahari, dengan mengubah arah jalar. Sulur lain yang lebih kuat nenegak ketika dibantu angin akan segera mencantolkan diri pada kabel telepon maupun listrik yang merendah menuju rumah jiran sebelah.
Setiap makhluk sesuai fitrahnya akan mencari jalan agar tetap hidup. Daun ini juga.
4 Comments
Kalau sy tadi, sendal jepit saya menginjak footstep trail saat berangkat ke, dan pulang dari, Pasar Legi untuk membeli nangka….
Pemotor sejati hanya turun kaki saat berangkat dan tiba di tujuan, makanya suka nerobos ini itu 😜
agar dianggap bisa melayang di atas tanah.😎
Kalo bisa berarti skoy asli