“Napa ya Oom, anak konglomerat baru lamaran aja dibahas, apalagi kalo nanti nikah ya? Eh, Oom Kam ngikutin beritanya nggak sih?” tanya Kenthos Salak.
“Saya cuma baca sepintas di dua situs, itu pun setelah tahu dari Twitter,” jawab Kamso.
“Kenapa jadi berita ya?”
“Apapun yang menyangkut orang kaya, terkenal pula, lalu salah satu perusahaannya juga terkenal, itu layak berita. Kata teori gitu, ada prominensi. Name makes news. Kalo pengusaha kaya tapi nggak dikenal, perusahaannya bangsa kelapa sawit tapi bukan minyak goreng, yah nggak menarik.”
“Lantas apa manfaatnya berita macam itu buat publik?”
“Buat hiburanlah. Kalo orang terhibur kan bagus. Dalam skala kecil, kalo anak perempuan Pak Haji paling tajir di kampung nikah sama anak laki Pak Haji Tajir Pol di kampung seberang jalan tol, pasti jadi bahan cerita.”
“Aneh ya, Oom?”
“Apanya?”
“Ya publik, ya media.”
“Mungkin. Tapi waktu Bill Gates dan Melinda French cerai juga jadi berita. Emang sih itu menyangkut yayasan mereka juga. Tapi kan foundation tetap jalan.”
“Kayaknya salah satu syarat layak berita tuh paling nggak yang satu anak orang kaya, terkenal, kayak dulu anak Solo yang jadi wali kota itu ya.”
“Bisa jadi. Makanya paling enak itu jadi orang tajir tapi nggak kesohor. Tapi kalo sebaliknya, kesohor padahal nggak kaya, belum tentu nggak enak. Bisa aja dia tetap nyaman.”
¬ Gambar praolah: Shutterstock
3 Comments
Dua konglomerat itu siapa to, Om Kamso? Saya searching kok nggak nemu.😁
Keluarga Sariaatmadja (SCTV, Emtek) dan keluarga Tanoesoedibjo (MNC)
oooh siyap.