Hujan masih berjaya pagi itu, soto rasa biasa sudah saya habiskan, lalu mata saya menangkap barang aneh. Bundelan plastik yang digantung pada atap terpal. Saya tanya penjual itu untuk apa. Ternyata pengingat orang agar mewaspadai rangka tutup samping gerobak yang dibuka ke atas menjadi atap.
“Biar nggak kejedot, Oom,” katanya.
Oh, mirip pentungan di eskalator Plaza Blok M, Jaksel, supaya orang yang sudah terkena sempat membungkuk agar kepala tak membentur dak beton. Saya kurang suka desain eskalator yang membayakan kepala di tempat publik. Jarak bebas di kanan kiri itu diperlukan. Arsitek pasti tahu caranya tanpa banyak mengorbankan luas lantai atas.
Tentang bundelan plastik penjual soto ya apa boleh buat. Tinggi gerobak dorong paling pol 200 cm. Kalau dibikin lebih tinggi mungkin mengganggu keseimbangan saat gerobak didorong. Penambahan atap lipat yang pasti melandai ke bawah akan membentur kepala orang dengan tinggi di atas 160 cm.
Umumnya portal mobil penumpang, termasuk di gerbang tol dan gerbang area parkir adalah 2,1 meter — maka ke mal di luar kota jangan singgah dengan SUV besar dipasangi Thule. Tapi itu buat mobil, bukan gerobak dorong.
6 Comments
di beberapa stasiun kereta di Berlin, eskalatornya begini.. mungkin dulu adalah tangga biasa yang kemudian di-upgrade jadi eskalator..
Oh bisa jadi ya.
Ngeri sebenarnya
Cara yg skoy untuk menjaga agar kepala pembeli soto “rasa biasa” tidak benjut. 😀
Layak diapresiasi dan ditiru
Penjual soto layak dipuji karena memperhatikan hal kecil seperti ini.
Jadi teringat video viral pemuda yang kepalanya terjepit di celah antara pegangan eskalator dan tembok. Bodoh sekali yang membuat desain penempatan eskalator.
Oh pernah terjadi?
Saya takut melihat videonya kalau masih ada.
Mestinya dalam pengurusan IMB dan sebagainya kan gambar eskalator termasuk?
Lalu apa fungsi konsultan?