Ini masalah di mana-mana. Jemuran di depan pintu bahkan di luar, di pinggir jalan. Pemilik jemuran juga tak bangga. Itu semua karena terpaksa.
Jika menyangkut rumah kontrakan ya terimalah apa adanya. Jika di rumah sendiri, sempitnya kaveling menjadi kambing hitam.
Eh, ada tapinya. Rumah hasil renovasi di atas tanah 110 meter persegi bahkan lebih pun ada yang menjemur di luar gerbang. Di mana masalahnya?
Pertama: ketika menumbuhkan rumah hanya terbayangkan jemuran pakaian dalam, tak perlu di luar. Kedua: ada yang memang membangun teras atau langkan di lantai atas untuk mengeringanginkan pakaian tapi akhirnya tak dimanfaatkan.
Untuk soal kedua, sudah ada tempat jemuran tapi menganggur, sejauh saya mengamati beberapa contoh acak dan ngobrol dengan nyonya rumah, penyebabnya adalah akses ke atas. Capek jika harus naik turun. Pengecualian berlaku jika ada ART.
Kenapa capek, saya berkesimpulan, jadi bisa salah, karena tiga hal. Pertama: soal tangga, ada yang terlalu terjal, bahkan model spiral. Menghemat tempat tapi merepotkan naik turun.
Kedua: soal fungsi. Langkan hanya untuk jemuran, alasan penghuni rumah ke sana ya hanya hanya menjereng pakaian, sementara handuk bisa di lantai bawah. Langkan bukan wilayah yang harus dilewati untuk menuju kamar di atas.
Ketiga: saat membangun atau merenovasi rumah, pemilik tak merancang integrasi fungsi, yaitu mencuci dan menjemur bahkan jika memungkinkan sekalian menyetrika. Mencuci manual maupun dengan mesin sebaiknya dekat dengan bahkan menyatu dengan area jemur. Mencuci di bawah lalu harus naik tangga putar hanya melelahkan bagi umumnya ibu maupun bapak yang kurang bugar.
Saya memang sok tau dan menggampangkan masalah karena menganggap desain arsitektural, tak harus oleh arsitek, bisa memberikan solusi untuk jemuran. Untuk contoh, coba tengok media sosial, misalnya Pinterest.
Tentu pendapat saya ini sangat terbuka untuk disanggah. Apalagi saya mengabaikan jumlah penghuni rumah dan frekuensi mencuci bukan pakaian dalam. Maklumlah saya bukan arsitek maupun desainer interior.
Untuk penutup, akan saya teruskan cerita yang dulu saya dengar dari karyawan senior penerbit koran besar. Ketika rezeki membaik, perusahaan membuat kompleks karyawan, kalau tak salah di Ciputat. Salah satu dari dua pendiri, yang lebih tua, kadang ke lapangan. Kalau ada jemuran di luar rumah, beliau akan menegur.
6 Comments
saya jadi ingat saat berkunjung ke negara di Eropa Selatan. di beberapa kawasan pemukiman, saya melihat ada yang menjemur pakaian di balkon. maksudnya yang disampirkan ke pagar atau bahkan bikin gagang menjulur keluar untuk menggantung.
sementara di Eropa utara, saya hampir gak permah lihat.
Karena Selatan berlimpah matahari, tak perlu mesin pengering?
masuk kal, paman..
di tempat saya ada aturan tertulis, dilarang menjemur dengan menyampirkan ke pagar balkon, paman.. 😅
mungkin aturan seluruh Jerman, tapi saya belum mengecek..
Wah menarik. Ada aturannya. Suwun.
Setelah baca konten panjang ini saya baru sadar bahwa sekian tahun silam saat sy bikin rumah, kontraktor/pemborong bangunan abai integrasi fungsi. Tak ada tempat menjemur di lantai bawah. Tempat mencuci juga sempit, andai dilengkapi mesin cuci sulit naruhnya/selama ini saya nggak pernah pake mesin cuci.
Tempat menjemur di lantai atas pun asal2an/tidak direncanakan secara baik oleh pemborong.
Tentu bukan sepenuhnya salah kontraktor. Saya dan istri kurang cermat juga. Mungkin karena saat itu saya bekerja di luar kota, dan istri sibuk mengurusi restonya.
Menaikkan mesin cuci itu masalah di banyak tempat karena mesin cuci tidak dirancang untuk diurai lalu dirakit ulang.
Terlalu banyak urusan pemilik rumah, maka itulah fungsi konsultan, bisa saudara bisa pemborong. 🙏