Kepala-daerah bersih pun bukan jaminan bisa mengatasi korupsi karena mesin birokrasi di bawah sudah kotor. Apalagi kalau...
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi dan jual beli jabatan

“Pak Wali Bekasi gimana tuh, Oom? Saya pikir orangnya bener, makanya dua kali saya nyoblos dia. Eh tahunya ditangkap KPK,” keluh Dul Timbul.

“Yah nggak tau saya. Kan masih tersangka. Bener nggaknya kan nanti diuji dalam sidang,” sahut Kamso sambil mematikan lampu sepeda, kebiasaannya saat parkir, agar baterai awet.

“Ya soal lahan proyek, soal lelang jabatan. Ada aja modusnya.”

“Kok ada aja, seolah-olah baru. Itu modus lama. Suap. Sogokan. Duit didapat dari pengusaha yang mau dapet proyek dari anggaran. Kalo soal jabatan, nggak beda dari dulu orang jadi PNS pake nyogok. Orang mau kerja biar dibayar kok malah harus bayar. Aneh.”

“Eh ya. Kalo udah lama ada gituan kok nggak diberantas ya?”

“Butuh waktu. Bersihin lantai nggak bisa pake sapu kotor dan pel kotor. Persoalannya cari sapu dan pel bersih nggak gampang.”

“Repot dong. Nggak bakal beres ini Indonesia!”

“Bisa kalo mau. Lama sih. Makanya dibikin pilkada supaya rakyat bisa milih pemimpin yang bener.”

“Ahok dulu bagus. Tapi baru berapa tahun kesandung penistaan agama.”

“Udahlah, Ahok nggak usah dibahas. Yang jadi masalah kenapa daerah lain nggak pengin punya kepala kayak Ahok? Tapi bukan mulutnya yang kasar lho…”

“Orang bagus kalo nggak didukung partai dan kekuatan agama nggak bisa kepilih.”

“Yah namanya politik. Masih bisa pake jalur independen sih tapi berat.”

“Kalo soal korupsi tadi yang kata Oom modus lawas?”

“Korupsi di zaman Bung Karno pun ada. Zaman Orde Baru merajalela, membudaya, terjadi alih generasi. Dulu di instansi tertentu udah biasa kursi seorang pegawai bakal diwariskan ke anak karena si anak kayak dapat jalur khusus buat masuk.”

“Nah itu rupanya salah satu sapu kotor. PNS yang sejak awal biasa dengan suap, termasuk sebagai yang harus bayar, giliran pangkat naik apa bisa beresin lingkungannya?”

“Maka kepala daerah bersih pun bukan jaminan bisa beres, padahal orang luar, hasil pemilihan, karena di bawah udah rusak…”

“Apalagi kalo kepala daerahnya busuk, Oom.”

¬ Gambar praolah: Shutterstock

2 thoughts on “Walkot Bekasi dan jual beli jabatan

    1. Kedua kemungkinan itu benar.
      Tapi ingat dalam kasus korupsi bisa terjadi seorang pejabat “hanya” harus mempertanggungjawabkan kebocoran uang karena dia tidak terbukti memperkaya diri.
      Jadi, pejabat jujur pun bisa kejeblos karena kurang cermat dan atau diperalat orang lain untuk memperkaya diri mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *