“Berbunga tuh,” kata istri saya tadi, selewat pukul enam, di teras rumah. Saya tunda menyapu sebagai overtur mengepel. Saya menikmati latar sempit yang selalu saya syukuri ini. Oh, ada juga wijayakusuma yang masih kuncup, namun serangga sudah menyusu nektarnya.
Ehm, saya jadi teringat penuturan sahibulhikayat bahwa wijayakusuma dulu hanya tumbuh di Pulau Nusakambangan, tempat yang akhirnya dikenal sebagai terungku terkepung air asin. Sunan Surakarta dulu terkabarkan mengutus abdi dalem ke Cilacap agar dapat membawa tanaman wijayakusuma.
“Sudah gondrong, saatnya dipotong jadi poni lagi,” kata istri saya berganti topik. Bukan lagi wijayakusuma yang berjuluk kembang wiku.
Pasti dia tak membahas kepala dan rambut suami. Dia memaksudkan juntai jatuh tanaman lee kuan yew.
Dulu tirai pagar hidup, pengganti lembaran polikarbonat atas nama privasi, karena saya tak suka pagar dengan desain terbuka kemudian bertabir lembaran hitam, itu tumbuh rimbun, lalu meranggas. Saat pagar kerontang itu Google Street View pernah merekamnya. Sekarang tirai hijau ini segar lagi, tapi juntai tak serapat maupun selebat dulu.
Oh, kenapa nama tanaman ini memakai nama Bapak Bangsa Singapura, Lee Kuan Yew?
Banyak versi menyebutkan itu penyematan oleh publik karena Pak Lee menggagas Garden City. Di laman flora fauna Pemerintah Singapura tak ada info tentang etimologi versi Kota dan Negeri Singa untuk tanaman asal Burma itu.
Ujung juntai lee kuan yew di rumah saya kian rendah. Di bidang dalam, di balik pagar, ujungnya sudah menyusup ke pot tanaman di bawahnya. Sedangkan di luar pagar, ujung juntai sebentar lagi akan klèngsrèh ke tutup got dan melalui celah sambungan beton-angkat pucuk sulur mungkin akan masuk ke ruang gelap basah.
Ada bagusnya lee kuan yew hidup lagi. Tapi lampu tempel bertenaga surya, yang akan menerangi bak sampah saat dibuka siapa pun, itu kekurangan siraman cahaya mentari karena bidang sel tertutup daun. Lampu itu malas menyala lagi. Kalaupun bisa hanya redup lalu terpejam.
2 Comments
Tanduran paman bagus-bagus.
Di rumah saya tak banyak tanaman, salah satunya pohon Kamboja besar di luar pagar depan.
Barusan searching, ada arsip menyebut pohon Kamboja baik di tanam di depan rumah karena bisa mendatangkan rezeki.
Benarkah? Yang pasti, tiap dua hari sekali saya menyapu dan membersihkan depan rumah dari gogrokan daun dan bunga Kamboja.
Biasa saja bahkan kurang terawat.
Kalo kata teman saya, pohon kemboja bahkan yang bonsai, ada penunggunya.