Di Jalan Raya Kodau, Pondokmelati, Bekasi, ada warung rakyat. Masih baru. Namanya Ngopi Sik. Artinya ngopi dulu. Kenapa harus ngopi?
Inilah terjemahan teks poster dalam bahasa Indonesia. Teks utama yang menjadi tajuk: agar terang (=melek) matanya, lapang rezekinya.
Lalu teks di kiri cangkir: tak usah cekcok. Yang di kanan cangkir: tak usah marah.
Tapi kalau kita minum kopi dan makan mi instan tanpa membayar, si penjual bisa marah, lalu terjadilah percekcokan.
Warung kopi terus bermunculan dengan aneka segmen. Yang kelas rakyat biasanya menggunakan kopi sasetan dengan campuran gula dan susu bubuk. Rasa antarwarung pun seragam. Serupa dengan mi instan rebus mereka.
Tentu ada juga yang menyajikan kopi racikan sendiri. Tapi untuk teh, ya pakai teh celup — kedai kopi di atasnya juga begitu, tapi Twinings, Pickwick, Dilmah, dan Ahmad Tea. Teh priayi kata teman saya. Setahu saya priayi Sala mengonsumsi teh melati oplosan. Priayi yang saya maksud bukan hanya warga keraton lho.
2 Comments
Sing dodol mesti seko Jowo kuwi, mungkin seko Solo eh Sala.
Bisa jadi 😁