Akhirnya Kamso menuruti permintaan Kembang Wangi untuk berjumpa di kedai kopi, dekat apartemen Wangi, sejauh 3,5 km dari rumah, dekat gerbang tol, “Aku udah dua tahun di sini nggak pernah ketemu Mas Kam.”
Ternyata ada emak-emak lain: Bunga Cempaka, Bunga Petik, Kembang Kertas, dan Kembang Lambe. Sudah delapan tahun mereka tak berjumpa Kamso.
Ketemuan cuma dua jam, pagi jelang siang, Kamso lebih banyak mendengar, apalagi kalau lantaran dia yang menanya. Yang menjadi bincang tebal adalah ihwal cinta dan jodoh. Sepuluh tahun silam para emak itu masih nona.
Tanpa ditanya, Kertas membahas si X, mantannya. “Sampe sekarang aku sebel. Emang aku yang minta putus. Aku sebel soalnya dia kayaknya bahagia setelah putus dari aku, malah makin sejahtera. Pacaran mulu, gonta-ganti, belum married juga.”
Lho bukannya melihat X bahagia mestinya kita ikut bahagia? “Nggak, Mas. Semakin dia bahagia kok kayak buktiin aku tuh sumber masalah.”
Pengaduan Lambe serupa, padahal setelah tiga tahun menjanda dia punya suami lagi. Dialah yang dulu minta cerai dari Y karena, “Mas Kam juga tau kan? Nggak ada orang ketiga keempat kelima, tapi aku merasa buntu waktu itu.”
Kenapa kesal dengan Y?
“Dia kayak X, malah bahagia dan berkembang. Kabarnya mau married dengan cewek terakhir, anaknya keren, cakep, portofolio oke banget,” ungkap Lambe.
“Oh jadi kalian iri atau piyé? Cemburu karena masih cinta?” tanya Kamso.
“Pria nggak pernah bisa paham perempuan. Ini bukan soal iri atau jealous. Pasti Mas Kam juga mau nanya kenapa perempuan suka stalking mantan di medsos,” ujar Cempaka.
“Lha kalian kan udah putus, punya kehidupan baru, pasangan baru?”
“Betul kan, ibu-ibu? Bapak ini selalu gagal paham soal perempuan!” timpal Wangi.
Semua tertawa.
¬ Gambar praolah: Freepik.com
3 Comments
Jadj inget meme ini : Jangan sebut aku mantan tapi sebut aku alumni, biar kita bisa reuni.
😂😂😂😂😂
Jiah!
Gawat!
🙈