Senyum yang ditampakkan tak selamanya menjadi tirai rapat penutup kepahitan hidup. Di medsos, termasuk blog, juga?
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Saat membersihkan gambar dalam ponsel, mata saya terantuk gambar dari arsip tadi pagi via grup WhatsApp eks-sejawat. Biasanya sobat saya ini mengirimkan gambar (yang kadang) puitis hasil jepretan sendiri, seputar bunga, daun, kumbang, kupu-kupu, dan kadal. Tapi tadi pagi tidak.

Begitu melihat foto itu saya langsung merasakan getar muram dari sebuah kontradiksi. Tentang wajah senyum dari topeng kepala dan pemakainya yang saya duga di balik masker tak tersenyum.

Karena sobat saya, Mas Setianto Riyadi, tak pernah menyertakan teks cerita, saya pun menanya itu kapan di mana.

Dia katakan itu di dekat area rumahnya, biasanya pelakunya suami istri, sering tampak kelelahan.

Foto itu dia jepretan kemarin sore, di Serpong, Tangsel, Banten.

Oh, kehidupan. Ada saja drama. Senyum topeng kepala untuk berharap receh tak selamanya membuat tahan pemakainya yang gerah terbekap.

2 thoughts on “Ironi dalam salam pagi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *