Kita kewalahan menerima dan mengirim ucapan namun berbahagia. Tak ada pengalaman ini sebelum mobile internet.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Ucapan selamat hari raya bisa bikin kewalahan tapi senang

Untuk Indonesia saja, setiap kali Lebaran seberapa besar ukuran berkas ucapan digital yang terkirim dan diterima, baik berupa teks, gambar, maupun video? Pertanyaan yang sama untuk Natal dan hari raya lain.

Operator seluler dan ISP, pun pemilik platform, pasti punya data. Bahkan bunyi kata apa saja yang masuk 25 besar, di luar Idulfitri, Natal, dan tahun baru, selamat, mohon maaf, damai, sejahtera, pasti ada. Lalu dari seratus pesan dengan topik khusus serupa, berapa banyak yang persis plek ketiplek. Mesin mereka mampu mendata bahasa pengguna bahkan rasa bahasa dari sisi gender selama dan di luar hari raya.

Lalu? Mengingat tuturan verbal maupun nonverbal itu sulit apalagi jika deras nian maka setiap orang menjadi kewalahan dalam kebahagiaan.

Akan tetapi saya membayangkan, dalam ruang isolasi baru untuk terpidana hukuman mati menunggu eksekusi, satu sel untuk satu orang, diawasi kamera CCTV, dijaga petugas bermasker dan bersenjata, tanpa identitas pula, di Nusakambangan, sepotong ucapan selamat pun, entah melalui apa dan siapa, sangat berarti bagi penghuni terungku.

Dalam banjir ucapan selamat, yang bisa membuat penerimanya lupa siapa saja yang mengirimkan, tak seperti era kartu pos dulu, ada satu hal yang meresap dalam diri setiap orang yang merayakan Lebaran, Iduladha, Natal, Paskah, Imlek, Waisak, Nyepi, Galungan, dan lainnya: spirit komunal dalam keceriaan penuh harapan.

5 thoughts on “Banjir ucapan hari raya, tak semuanya kita ingat

  1. Persis plek ketiplek, karena copas, atau langsung memfoward, menurut saya mengurangi keseriusan isi berkas ucapan digital. Bukan hanya ucapan tentang hari raya tapi juga hal sehari-hari semisal ucapan selamat pagi blah blah blah yang tiap pagi berseliweran di grup-grup WA.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *