Bukan kejahatan, tapi sebagai terundang kok abai etiket. Bagaimana jika mereka dihadiahi kupon belanja?
โ†ป Lama baca 2 menit โ†ฌ

Kolombus: Kelompok ibu pembungkus hidangan

Sebagai istilah, saya baru tahu istilah kolombus pagi ini dari grup RT di WhatsApp. Ada videonya. Saya cari di YouTube ternyata ada banyak. Tapi sebagai praktik, saya sudah dengar lama, hanya saja tak melihat langsung.

Di sebuah resepsi, ketika seseorang membisiki saya ada operasi makanan masuk tas, namun saat saya tengok si terduga sudah berdiri biasa saja.

Saat itu kebetulan saya ikut jadi panitia perhelatan, sebagai among tamu. Dalam rapat, ketua panitia mengingatkan pengawasan di dapur, sejak makanan datang dari mobil boks. Selalu ada penyusup. Di meja hidangan juga ada.

Ternyata tak hanya dalam resepsi di gedung. Dalam acara rumahan atau di kedai pun ada ya itu tadi, kolombus.

Memang itu bukan kejahatan. Lebih ke urusan etiket, sopan santun, yang bisa merugikan sahibulbait dan tetamu lain. Tapi kenapa ada saja pelakunya ya, dan tampaknya bukan orang dalam kondisi keluarganya kelaparan karena tak ada uang.

Saya membayangkan bagaimana jika anak-anak di rumah tahu cara oleh-oleh itu diperoleh.

Tampaknya menarik jika dalam resepsi ada acara dadakan berhadiah. Kamera kecil di meja merekam, dan selalu dimonitor, lalu selepas pintu keluar ada pemeriksaan dengan bukti video. Para pengutil diberi hadiah. Bisa kaus, bisa smartwatch murmer, bisa voucer belanja…

Tentu lain kasus jika si empunya hajat memang mempersilakan tetamu membawa buah tangan. Bahkan kadang sudah disiapkan wadah. Bisa kantong plastik, bisa kotak makanan.

Di sisi lain, para perancang tas di Tajur, Bogor, mestinya tertantang bikin produk yang ramah tuang suguhan. Makanan basah tinggal plung, tas cepat terkatup.

Oh ya, dulu di kantor saya, Rumah Langsat, Jaksel, sering ada acara Obrolan Langsat. Hidangan kadang dari sponsor. Anak-anak yang membantu acara tahu, ada saja orang datang untuk makan gratis sepuasnya, lalu memasukkan botol Coke ke bawah jok motor dan pergi.

Karena suasana acara itu informal merakyat, dengan angkringan? Belum tentu.

Di lantai kesekian sebuah menara perkantoran pemerintah di Jalan Thamrin, Jakpus, sering ada seminar. Pernah terjadi saat jam makan siang, pegawai dari lantai lain bergabung. Peserta seminar, terutama pembicara yang sering dirubung peserta, biasanya makan terlambat saat meja sudah bersih.

6 thoughts on “Kolombus: Kelompok ibu pembungkus hidangan

  1. Di Solo ada istilah kirmah, mikir (sing neng) omah : ibu-ibu membungkuskan makanan dari tempat hajatan untuk keluarganya yg di rumah. Tapi mrk bukan penyusup melainkan tamu undangan jg.

    Sy dan istri kadang jg kirmah tapi dlm versi lain : jika hidangannya piring terbang, bukan prasmanan, ada yang tidak kami makan (misal udang goreng), kami bungkus tisu masukkan tas istri lalu kami bawa pulang untuk sing neng omah๐Ÿ˜ฌ

        1. Saya di waktu kerja di perusahaan yang itu, setiap dapat sekotak Holland Bakery isi enam, jatah setiap pegawai, selalu saya bawa pulang. Kalau ada sejawat minta saya tolak, lebih baik mentraktrir dia mau makan apa.
          Senang rasanya bawa oleh-oleh buat rumah. Saya dikomentari kayak ibu-ibu ๐Ÿ™ˆ

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *